Kriiiiiiiiingggg, berisik alarm mengusik mimpi indahku. Mataku masih susah untuk terbuka. Semalam fikiranku berkelana kemana-kemana, hingga aku baru terlelap saat waktu menunjukkan pukul 2 dini hari. Aku tersentak tatkala kulihat jam dinding berada di angka 7. Kusibakkan selimut dan bergegas ke kamar mandi. Hari ini ada ada acara penting, aku tidak boleh terlambat. Yang terlintas di benakku bagaimana dalam waktu kurang dari sejam, aku sudah sampai kantor. Khusus pagi ini aku mandi sekilat mungkin, kusambar pakaian sekenanya, kupoles make up senatural mungkin untuk meminimalisir waktu. Tanpa sarapan aku mengunci pintu dan berlalu ke garasi. Dan sungguh malang nya, mobilku mogok di saat yang tidak tepat. Berulang kali aku coba menyalakan mesin mobil, namun hasil nya nihil, mungkin takdirku hari ini memang terlambat. Aku menelepon taksi langgananku. Aku menunggu dengan tidak sabar. Pukul 7.35 taksi baru datang.
"Pak, ngebut ya, saya sudah harus di kantor sebelum jm 8." Kataku kepada sopir taksi setelah aku duduk di bangku belakang.
"Mana bisa neng, ini sudah jam 7.40, pagi jam nya macet neng".
"Usahain lah Pak.''
"Iya neng''
Aku terdiam melihat ke luar jendela. Masih jarak 2 km dari kantor ku, taksi yang kutumpangi tidak bergerak sama sekali.
''Pak, kenapa macet sekali ya?''
''Kelihatannya di depan ada kecelakaan neng, makanya macet total.''
"Ya udah pak, saya turun di sini saja.''
"Masih jauh neng, neng mau naik apa?" Kata sopir taksi menatapku dengan iba.
"Gak apa apa Pak, saya bisa cari ojek. Ini Pak uang nya, kembaliannya buat Bapak.''
"Makasih banyak neng, hati hati ya.''
Setelah turun dari taksi, aku menunggu ojek, namun ojek pun tak kunjung datang. Akhirnya kuputuskan jalan hingga sampai kantor. Lelah, panas tak sedikit pun kuhiraukan. Hari ini untuk pertama kali nya aku datang terlambat.
****
AUTHOR POV
Ruang meeting Perusahaan X sudah mulai penuh. Semua Departemen Head sudah siap menyambut kedatangan sang CEO. Hanya satu yang masih belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya.
"Bu Diandra belum datang ya Pak, kata Bu Elizabeth selaku Departemen head salles.
"Belum Bu, tadi di ruangannya juga masih kosong. Gak mungkin kalau gak masuk. Karena sudah ada reminder kalau hari ini ada penyambutan Bapak CEO" Lanjut pak Hans selaku Departemen head engineering.
Tepat jam 8, yang ditunggu tunggu pun datang. Bapak CEO baru memasuki ruang meeting, duduk bersandingan dengan Pak Ridwan,CEO lama. Kasak kusuk di ruang meeting pun mulai terdengar.
"Wahh, CEO baru nya bening banget, masih muda juga.''Kata Ayu section Head export. Namanya Ayu, namun kelakukannya tidak se ayu namanya. Cenderung centil dan cari muka.
"Lembur mah gak ada bosennya kalo kayak gini'' Sahut Vita section Head impor.
"Ini benar benar seorang pangeran, aku mau dong jadi tuan putri nya.'' kata Ayu kemudian.
"Halu aja diterusin'' sanggah Vita.
"Ehem..Selamat pagi semua. Mohon perhatiannya. Terimakasih atas kehadiran rekan-rekan semua pagi ini. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa hari ini hari terakhir saya menjabat CEO di perusahaan ini. Mungkin kalian semua sudah tau kalau yang disebelah saya ini adalah Bapak CEO baru yang akan menggantikan posisi saya. Dia, putra pertama saya. Nak, silakan perkenalkan diri mu.'' Kata Pak Ridwan memulai rapat hari ini.
"Selamat pagi Bapak dan Ibu semua. Perkenalkan nama saya Alvano Zayn. Saya disini hanya membantu Pak Ridwan dalam mengelola perusahaan, semua keputusan masih tetap di tangan Pak Ridwan.'' Kata Vano dengan senyum ramah nya.
Tok tok tok. Diandra mengetuk pintu ruang meeting dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Maaf Pak Ridwan saya terlambat, mobil saya mogok.'' Kata Diandra sambil tersenyum kikuk.
"Tidak apa apa Bu Andra, acara juga baru dimulai, silakan duduk.'' Balas Pak Ridwan dengan penuh wibawa.
"Terimakasih banyak Pak.''Diandra melangkah mencari kursi yang kosong, hanya tersisa satu kursi kosong di dekat Pak Orlando, Departemen Head purchasing. Pak Orlando salah satu karyawan yang masuk kategori most wanted di sini. Banyak digemari oleh kaum Hawa. Tampan, berwibawa, dan sikapnya sangat ramah. Selama ini Pak Orlando menaruh hati pada Diandra, namun Diandra tidak penah menunjukkan rasa tertariknya pada Pak Orlando.