Minggu depan akan diadakan Rapat Auditor dan Laporan Keuangan semester. Pihak Manajemen sudah mengingatkan ku sejak dua minggu yang lalu. Laporan sudah harus ada di meja Vano sebelum tanggal 5 Juli. Artinya seminggu ini aku harus menghabiskan hari-hari ku di kantor ini. Bagaimana tidak, karena cut off transaksi adalah tgl 30 Juni. Sebelum cut off, aku belum bisa menyusun laporan. Jadi aku hanya mempunyai waktu menyusun laporan selama 4 hari penuh.
Semua tim ku sudah melaporkan bahwa transaksi harian sudah selesai. Sekarang giliranku yang bekerja. Aku memulai dari transaksi Account Receivable, semua data ku masukkan, tanpa ada yang terlewatkan. Laporan ini sangat penting karena untuk memantau bagaimana kelancaran pembayaran para pelanggan kita. Bisa juga dijadikan acuan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai piutang tak tertagih nya. Aku merinci satu persatu nama customer. Tanpa kusadari waktu sudah menunjjukkan pukul 17.00 artinya sebentar lagi ruangan ini akan kosong.
"Mbak, ada yang bisa kita bantu gak? Kita sudah selesai semua seh. ''Kata Angel menawarkan bantuan. Karena seperti yang pernah saya katakan, bahwa timku ini tim yang paling solid.
"Terimakasih Angel dan kalian semua. Pekerjaan dan tanggung jawab kalian udah kelar tepat waktu. Sekarang giliran tanggung jawab saya. Jadi saya akan menyelesaikan tanggung jawab saya tanpa merepotkan kalian.
"Kita gak merasa direpotkan kok mbak " sahut Meri.
"Seminggu kemarin, kalian juga sudah sering pulang malam, jadi sekarang saatnya kalian istirahat.''
"Mbak gak apa apa ditinggal sendirian.'' Kata Anton.
"Gak apa apa lah, tenang mbak ini pemberani kok.heheh.'' candaku pada mereka. ''Udah jam 5, buruaan kalian pulang keburu macet nanti.''
"Ya udah kalau gitu mbak, kami pulang dulu ya, kalau perlu bantuan telepon aja kami mbak.'' Kata Rena menyahuti.
"Siap.. terimakasih ya buat kalian semua. Dan hati hati di jalan.'' Kulambaikan tanganku ke arah mereka. Aku sangat beruntung mempunyai team sebaik mereka. Mereka tidaka pernah menuntut kenaikan gaji, bonus, dan macam macam. Namun , saya juga sangat memperjuangkan kesejahteraan mereka. Saya tidak segan segan mengikutkan training training kepada mereka. Agar mereka mempunyai ilmu yang lebih. Suatu saat kalau mereka mampu untuk mendapatkan yang lebih baik dari pada disini, aku akan sangat bangga.
Aku kembali menekuri laptop di depanku. Tenggorokanku terasa kering, kulihat air di gelas sudah kosong. Aku berfikir teh hangat manis buat menemani lembur ku ini jauh lebih baik. Bisa lebih menciptakan rasa santai di fikiran. Aku berjalan menuju pantry yanga ada di lantai ini.
Aku terkejut ketika ada sekelebat bayangan di dalam pantry. Aku berusaha mendekat, dan tiba tiba dia berbalik. Aku langsung jatuh terduduk karena terpeleset.
"Andra, ngapain loe selonjoran disitu. '' Kata Vano secara tiba tiba.
"Bapak ngagetin saya. Saya gak selonjoran Pak, saya ini jatuh karena kaget Bapak tiba-tiba berbalik arah. Saya kira tadi hantu, gasrak gusruk di pantry. Bapak kok gak minta tolong OB aja seh, ngapain harus ke pantry sendiran.'' Kataku berdiri sembari membersihkan pantatku yang terduduk di lantai.
"Sudah nyerocosnya. Loe kalo ngomong kayak kereta api, puanjang banget. Kalo nanya itu satu per satu."
"Sudahlah Pak saya haus, mau bikin teh hangat buat temenin saya lembur.''
"Resiko jomblo ya An, masa temennya cuman teh hangat. Makanya cari pacar.''
"Sekate-kate kalo ngomong, emang Bapak udah gak jomblo. Bapak aja juga jomblo malah ngatain saya. Emang saya bisa cari pacar di mana pak? Di tukang sayur? waktu saya aja udah abis di sini pak. Ini buktinya jam segini saya masih di sini".
"Ohh jadi loe nyesel kerja disini, karena kerjaan disini bikin loe gak bisa cari pacar. Gitu?''
" Maksud saya gak gitu pak.''
"Terus gimana maksud loe?hee. Nanti deh saya bilangin bagian HRD, supaya loe di phk. Jadi biar bisa jalan-jalan terus dapet pacar.''
"Kok di phk pak. Jangan dong pak, saya masih butuh makan. Cicilan saya banyak pak.''
"Apa peduli gue.'' Vano pergi sambil tertawa. Vano masih saja nyebelin, sikap nya itu bikin darah tinggi jadi kambuh.
Aku tidak mau ambil pusing omongan Vano, aku tidak bikin salah apa apa mana mungkin bisa di pecat sama HRD. Selesai membuat teh manis, aku kembali ke ruanganku. Kulihat Vano duduk manis di depan ruanganku.
"Bapak kenapa ada disini. Bapak salah ruangan ya?''
"Gue mau pesen makan, loe mau makan gak?''
"Bapak mau nraktir saya.''
"Nanti gue potongin gaji loe bulan depan.''
"Masya Alloh pelit banget Pak, pantas jomblo. ''Kataku smabil tertawa.
"Loe balas dendam karena tadi gue ngatain loe jomblo.''
"1-1 pak" kataku dengan cengiran.
"Buruan mo makan gak, sebelum gue berubah pikiran.''
"Gak deh pak, makasih. Dari pada gaji saya dipotong. Lebih baik saya gak usah makan.''
"Oke kalau begitu.'' Vano beranjak meninggalkan aku. Eh jadi beneran tadi Vano mau potong gaji gue hanya untuk sebuah makanan. Pelit bangett bos itu, kataku pada diri sendiri.