Aku benar-benar pulang bersama Rizky, menerima amarah kedua orangtuaku yang tidak senang karna aku kabur beberapa hari dari rumah. Mereka juga tahu jika aku ikut demonstrasi dan mengalami beberapa kali hal berat karena melihat luka-lukaku.
Aku pun mendapat hukuman ketat agar tidak keluar rumah kecuali pergi dengan Rizky. Sedang Rizky sendiri sudah tidak mau membawaku keluar rumah lagi. Ia tak lagi menuruti permintaanku seperti sewaktu pacaran dulu, justru yang ia lakukan saat ini adalah mengekangku. Rasanya hidupku kian menderita, aku rindu Rizky yang dulu, aku rindu kehidupanku sebelum ini, dan aku juga rindu kedua pria itu.
Aku memutuskan untuk mengurung diri di dalam kamar seharian dan bermain ponsel, memantau sosial media. Secara refleks tanganku terus mengetikkan nama Jefri dan Angga, tapi sayang nama mereka terlalu umum, sedang aku sudah lupa dengan nama lengkap mereka. Sepertinya takdir benar-benar sudah harus memisahkanku dengan kedua pria itu.
Awalnya semua postingan di sosial media terasa membosankan, dipenuhi update unjuk rasa tolak omnibuslaw yang kini sudah lebih tenang tanpa perilaku anarkis. Kurasa, Jefri dan Angga menuruti permintaanku untuk bekerja sama menyelesaikan dan memecah kasus oknum demonstrasi. Membuat keadaan demonstrasi lebih tenang dan kondusif. Aku bangga pada dua pria itu.
Selain itu tak ada informasi menarik. Sampai kemudian aku menemukan postingan seseorang tak kukenal yang menyoroti diri dan wajahku ketika tengah dalam kerumunan aksi. Video-nya tersebut berhasil naik ke beranda semua orang. Isi kontennya tersebut tidak lain adalah usaha pencarian mahasiswi berjaster abu dengan masker hitam, yang disebutnya cantik dan memesona.
Aku langsung mengecek profil orang yang memposting video tentangku itu, dan tentu saja memberinya pesan. Maksudku sederhana, hanya menanyakan apa keinginannya dan maksudnya setelah sosial media mempertemukanku dengannya.
"Hai, ini aku Zeeva yang kau video. Kenapa mengunggah video tentangku? Siapa kau? Dan apa yang kau mau?" Pesanku.
Beberapa jam, akun tersebut tak merespon pesanku, bahkan sekadar melihatnya. Sampai kemudian ia membalas dengan mengejutkan.
"Hai!!!! Aku senang kau mengirimiku pesan, tapi maaf, aku hanya melakukan repost dari orang lain. Konten tentang mu sedang viral dan populer. Coba carilah orang pertama yang mengunggah video-mu ini." Balasnya
Aku terdiam tak mengerti yang ia maksud, tapi begitu aku melihat isi berandaku lainnya, ternyata benar, hampir semuanya menyoroti videoku.
Aku berusaha mencari pengirim pertama video itu, tapi terlalu sulit dan sia-sia. Akhirnya aku terpaksa mengunggah videoku tersebut dengan catatan "Aku gadis dalam video itu, aku mau menemuimu. Tapi siapa kamu?".
Bagiku, eksis di dunia sosial media seperti ini adalah pengalaman pertama selama hidupku. Biasanya, aku hanya menggunakan sosial media untuk memantau keadaan dunia, berita terkini, atau sekadar kegiatan teman-temanku. Sisanya, aku tak pernah sama sekali eksis dan mengunggah foto diriku, apalagi video. Dan secara tak terduga, hal ini justru dilakukan oleh orang lain.
Baru beberapa saat aku mengunggah catatan video tersebut, sudah banyak yang memberiku like dan juga komen. Bahkan juga mereka ikut membantuku mempertemukan dengan pengirim pertama video tersebut. Awalnya aku kesal dan lelah dengan semua itu, sampai akhirnya seseorang memberiku komentar atas link video untuk jawabanku.
Aku membuka video itu, dan hal gila kudapatkan di sini. Di antara ratusan demonstran, ada satu orang yang mengangkat sebuah kertas besar yang menutupi wajahnya. Kertas tersebut bertuliskan sebuah pesan yang mengarah pada undangan untukku, "Zeeva Anzela, aku mencintaimu.. Aku menunggumu di sini. Datanglah lagi.."