Keesokan harinya di kantor.
Antoni tengah berbincang serius dengan Riska di depan parkiran. Sasa melihat mereka saat baru saja turun dari elf. Sasa tersenyum berharap mereka melihat Sasa, namun sepertinya mereka tidak melihat Sasa. Sasa lalu segera masuk ke dalam kantor. Namun saat lewat ia mendengar sweditperbicaraan mereka. Nada Antoni meninggi sepertinya Antoni mengancam Riska dengan kata-kata awas atau dia akan melaporkannya.
Sasa duduk di mejanya sambil meneguk segelas teh hangat yang di buatkan oleh pak Kurmi. Riska kemudian datang ke mejanya seperti habis menangis. Di ruangan itu baru Sasa dan Riska saja yang datang. Sasa lalu mendekati Riska dan bertanya “Ada apa? Teh Riska habis nangis ya?”
Riska langsung memeluk Sasa tapi ia terus menahan air matanya agar tidak keluar. Riska lalu melepaskan pelukannya kepada Sasa, Riska duduk dengan tertunduk ketika dia mengangkatkan kepalanya dan hendak mengucapkan suatu kata dia tertunduk kembali dan memilih pergi ke toilet. Sasa yang melihat kejadian itu langsung berbalik ternyata ada Antoni yang mengawasi mereka.
Sasa langsung menghampiri Antoni dan berkata “Ada apa dengan kalian? Apa yang kamu lakukan sampai membuatnya menangis seperti itu?”
Antoni hanya memandang Sasa dan tidak mengucapkan sepatah kata apapun seperti biasanya. Sasa kesal dengan tingkah laku Antoni, ia lau kembali balik ke mejanya kemudian berhenti dan berbalik kemudain berkata “Jangan pernah kamu sakiti wanita!” sambil menunjukan tangannya kepada Antoni. Apa sebenarnya yang terjadi diantara mereka. Disaat Sasa mulai menaruh simpati terhadap Antoni namun ada wanita lain yang tampaknya menyukainya atau memang mereka mempunyai hubungan khusus? Kemelut rasa penasaran ada di pikiran Sasa. Sasa harus konsen kepada pekerjaannya disini. Ia harus fokus dia tinggal di sini untuk bekerja bukan untuk mencaari cinta.
Riska kemudian kembali ke mejanya sambil berjalan menunduk. Terlihat sekali dia sedang banyak fikiran. Sasa berusaha untuk tidak peduli, tapi tetap saja rasa penasaran itu ada. Sebelum yang lain datang Sasa harus segera menyingkirkan rasa penasaran ini dan bertanya pada Riska. Dia menengok kanak, kiri untuk memastikan tidak ada Antoni. Sasalalu menghampiri Riska.
“Teh Riska kalau lagi ada masalah bisa cerita sama aku. Aku akan jadi pendengar yang baik untuk teh Riska”
Riska hanya tersenyum kecil. “Aku ingin cerita namun aku tak sanggup menceritakannya. Sudahlah tak apa-apa. Anggap saja aku sedang datang bulan jadi pembawaannya melow gini” Ucapnya.
Siang pun tiba, Antoni datang ke meja Sasa untuk mengajaknya pergi ke lapangan tanpa melihat ke arah meja Riska. Sasa tau Riska melihat Antoni dari kejauhan hingga sampai mendekati mejanya. Seperti ingin mengucapkan sesuatu namun tak dapat ia lakukan.
“Kita pergi bertiga sama teh Riska?”