Cerita Di Perantauan

marliana syaadah
Chapter #17

Krisis Orang Baik

Hari ini hari jumat biasanya masih bekerja, namun hari ini lain. Kalender menunjukan warna merah pada tanggal tersebut. Sudah 2 minggu lamanya Sasa tinggal di desa ini tidak pulang ke rumahnya. Sudah rindu rasanya untuk bertemu dengan keluarganya. Sasa sedang berkemas untuk libur panjang.

“Yee long weekend” Lalu Sasa memutar lagu keras-keras di pagi hari yang sunyi tersebut. Awalnya Sasa akan mempersiapkannya di malam hari, namun badannya sudah sangat lelah setelah bekerja. Ia langsung tertidur lelap malam itu. Jadi pagi-pagi ini ia sibuk mempersiapkan semuanya. Sebuah tas gendong dan tas jinjing ia bawa untuk pulang kota. Biasanya orang itu pulang kampung, kalau Sasa pulang kota.

Tepat pukul 07.00 pagi ia selesai dan siap untuk berangkat. Riasan seadanya tidak terlalu mencolok, baju pun ia gunakan seadanya hanya mengenakan jaket tipis warna coklat dan celana jeans yang tidak terlalu ketat. Sasa ingat perkataan Antoni untuk tidak terlalu berpenampilan mencolok. Rumah pun ia kunci, ada segelas susu hangat dari ibu kosan ia langsung meminumnya. Tak lupa ia pamit terlebih dahul ke ibu kosannya itu. Kalau ia tidak pamit, bisa-bisa besok dibuatkan lagi susu hangat oleh ibu kosannya yang baik hati.

Saat Sasa mengunci pintunya ia melirik ke arah rumah Rangga. Lampu luarnya masih menyala, sepertinya Rangga tidak pulang-pulang ke rumahnya. Sudah hampir satu minggu ia tidak berjumpa dengannya. Semenjak kejadian ia memarahi Rangga, dia tidak pernah bertemu lagi dengannya. Ada rasa kasihan di dirinya kepada Rangga namun rasa kesal itu lebih besar dari rasa kasian.

Kemudian Sasa segera bergegas pergi. Saat di perjalanan menuju jalan raya terdengar suara memanggilnya.

“Mau pulang neng? Ga sarapan dulu” Ibu warung berkata saat Sasa melewatinya.

“Ia bu mau pulang” Kemudian Sasa mendekat untuk melihat apa ada gorengan yang sudah matang.

Kemudian Sasa membeli beberapa gorengan untuk ia makan di bus. Sebenarnya ia ingin makan nasi uduk yang murah dan enak tersebut. Nasi uduk di sini harganya cuman Rp 3.000 kalau di kotanya untuk ukuran sebesar ini sudah di hargai Rp 7.000. Dua kali lipat lebih beda jauh. Tapi Sasa membeli nasi uduk tersebut untuk ia perlihatkan ke adiknya Indri.

Lihat selengkapnya