Sasa di sambut dengan pelukan Ester, mama Sasa. Ester berjalan dari arah dapur menuju ruang tengah. Papah nya belum pulang dari tempat pemancingan, jadi papahnya tidak tahu kalau Sasa ada dirumah. Indri pun masih tertidur padahal waktu sudah menunjukan pukul 12.00 siang.
Ester tidak masak banyak seperti biasanya. Kalau ia tau Sasa pulang hari ini pasti ia sudah berbelanja ke pasar dan memasak-masakan yang enak dan banyak untuk anak sulungnya itu.
“Ih, bau apek. Sana mandi” Ester mencium aroma yang tidak enak saat ia hendak mencium pipi Sasa.
“Ia lah mah, baru dari bus” Sasa tertawa dan langsung pergi ke kamarnya untuk menyimpan barang dan segera mandi.
Setelah mandi Sasa merasa segar dan tidak bau apek lagi seperti tadi. Jangan-jangan tadi waktu naik bus orang-orang mencium aroma yang tidak sedap ya, Sasa bergumam sambil cekikikan sendiri. Sasa lalu turun menuju meja makan sambil membawa sekantong makanan yang berisi nasi uduk yang tadi pagi ia beli di warung dekat kosannya. Sasa meletakan kantongnya di meja makan lalu pergi ke dapur untuk mengambil piring.
“Mau makan sayang, paling seadanya saja ya. Tuh yang ada di meja makan. Atau mau mama belikan apa?” Tanya Ester saat Sasa mengambil piring di dapur.
“Ga usah mah, aku tadi pagi beli nasi uduk kok. Sini deh lihat nasi uduknya banyak banget” Sasa memegang tangan Ester kemudian menariknya untuk mengikuti ke meja makan.
“Liat nih cuman 3.000 rupiah doang dapet segini banyak. Kalau beli disini bisa dapat 2 porsi” Sasa menunjuk ke arah nasi uduk yang baru tadi pagi dia beli di warung dekat kosannya kepada Ester.
“Ialah disanakan lumbungnya padi, mereka pasti ga akan rugi jual segitu banyak. Lagian juga itu biasanya buat para petani sarapan. Mereka makannya banyak-banyak loh biar tenaganya kuat” Ester menjelaskan sambil melihat nasi uduk yang dibawa Sasa sambil mengambil sendok dan mencicipi nasi uduk yang dibawanya tersebut.