Cerita Di Perantauan

marliana syaadah
Chapter #19

Perjalanan di Bus

Sekarang hari minggu waktu Sasa berkemas untuk segera pulang ke desa melanjutkan pekerjaan. Terasa baru sebentar tinggal di rumah. Tempat ternyaman di dunia adalah rumah. Orang-orang nya sangat sayang dengan kita dan mengenal kita dengan baik tanpa ada niat jahat terselubung. 

Waktu sudah menunjukan pukul 12.00 Sasa pulang siang hati agar sampai kosan tidak terlalu malam. Sebetulnya Sasa ingin pulang sore hari, busnya masih ada namun Sasa masih takut untuk melakukan perjalanan malam hari menuju desa. Pasti sudah sepi, sunyi.

Sasa pergi ke tempat naik bus diantar oleh Bimantara dan semua rombongan yaitu Ester dan Indri. Mereka ingin ikut karena masih rindu dengan Sasa. 

Bus pun telah datang. Sasa mencium tangan kedua orang tuanya dan berpelukan sesaat, serta ia berpelukan dengan Indri. Sasa naik ke dalam Bus itu. Beruntungnya Sasa masih ada bangku kosong tepat di belakang supir. Mending dekat supir biar aman dan cepat turunnya, Sasa berguman dalam hatinya. 

Perjalanan sangat panjang ia rasakan. Kali ini tidak ada yang duduk di sampingnya, ia pun enak bisa santai sesekali. Setelah 2 jam perjalanan Bus berhenti di sebuah rumah makan. Ini merupakan tempat peristirahatan bus. Saat kemarin pergi, bus tidak istirahat, tidak ada penumpang yang turun karena supirnya melaju dengan kencang seakan ingin segera sampai di kota.

Sasa dan penumpang lainnya turun dari bus menuju rumah makan tersebut. Sasa hanya membawa tas jinjingnya yang berisi barang-barang berharga. Tas gendong sengaja ia simpan di bawah kursi tempat ia duduk. Rumah makan itu berbilik bambu dihiasi ornamen barang-barang antik. Sepertinya pemilik rumah makan ini menyukai barang-barang antik. Sasa kemudian pergi ke toilet nya, toilet nya bersih dan rapih. Setelah dari toilet Sasa melihat hidangan prasmanan, Sasa kemudian mencoba beberapa makanan yang dihidangkan rumah makan tersebut. Sasa memilih nasi, ayam, tahu bejek dan sayuran. Saat Sasa membayarnya berapa terkejutnya dia, dia harus merogoh uang sebesar 45.000 rupiah untuk hidangan yang normalnya paling 20.000 rupiah atau paling mahal 25.000. Sasa langsung memberikan uang tersebut kepada kasirnya sambil memasang wajah yang kesal. Pantas saja jarang orang makan disini. Sasa duduk sendirian di meja yang kosong, yang makan di rumah makan ini hanya tiga orang. Supir dan kenek di tempat terpisah. Sasa buru-buru makan takut dia tertinggal bus. Setelah selesai makan Sasa segera menuju bus. Ia duduk kemudian membuka HP nya melihat-lihat instagram, sinyal disini cukup kuat jadi ia browsing-browsing menghilangkan rasa kantuk. Jangan sampai ia tertidur di bus, apalagi dia pergi sendirian. Itu sangat berbahaya. 

Waktu Sasa kemarin pulang ke kotanya bus tersebut tidak berhenti ke tempat peristirahatan selama ini. Namun kali ini berbeda, setelah setengah jam supir dan kenek itu beristirahat makan, merokok sambil berbincang supir dan kenek tersebut tidak langsung naik ke bus. Para penumpang yang ada di bus menjadi kesal, banyak yang menggerutu. Karena mereka lelah ingin segera sampai ke tujuan. Bahkan ada ibu-ibu yang bercerita pada saat di kota tadi dari terminal hingga tempat Sasa naik memakan waktu 1 jam lamanya. Bus itu berjalan dengan sangat lambat dan berhenti 'ngetem' seenaknya. Begitulah rasanya kalau naik kendaraan umum. Enakan naik kendaraan pribadi 2.5/ 3 jam pasti sudah sampai tujuan. Badan pun tidak sepegal ini. 

Huuh setelah sampai kosan aku harus langsung meregangkan kakiku, sungguh pegal rasanya berjam-jam duduk gumam Sasa dalam hatinya.

Sudah hampir 45 menit supir dan kenek tidak terlihat batang hidungnya. Salah satu penumpang turun dari Bus untuk mencari keberadaan supir dan kenek tersebut. 

Lihat selengkapnya