"O... Ini kosan lu Lan!" Kata Via yang aku jawab dengan anggukan.
"Mulai deh ngehinanya." Gumam Melia yang bisa terdengar jelas di telingaku. Dengan cepat ku cubit tangan Melia, agar tak melanjutkan kata-katanya.
"Apa lu kata?!" Tanya Via yang sepertinya mendengar gumaman Melia.
"Mulai ngehinanya!"
"Siapa yang ngehina?! Dasar suudzon!"
"Terus apa maksud lu bilang gitu?!"
"Gue nanya. Emang salah?"
"Udah ah, jangan pada ribut!" Kataku melerai ketegangan kakak beradik dihadapanku.
Terlihat jelas Melia menahan kekesalannya. Sedangkan Via masih dengan teliti melihat seisi kosanku.
"Pantes adik gue betah bener disini."
"Emang gue betah disini, soalnya enggak ada setan kaya lu!"
"Maksud lu?!"
"Iya, lu setan! Setan kan kerjaannya ngehasut mulu!"
"Kurang ngajar lu ya Mel!"
"Kenapa? Kurang lu hasut nyokap? Sekarang lu mau hasut Lana?!"
"Woi... Woi... Udah ya!" Seru ku mencoba melerai pertengkaran yang sepertinya tak akan ada ujungnya.
"Udah ya, jangan berantem terus. Gue pusing liatnya."
"Dia yang mulai." Kata Via membela diri.
"Enak aja, Lu yang mulai!"
"Stop... Ok!" Pintaku, walaupun terlihat jelas kekesalan Melia dan Via. Namun kakak adek di hadapan ku mencoba menguasai diri masing-masing.
Dengan cepat Melia menyumpal telinganya dengan headset dan fokus pada layar laptop yang sejak tadi menunggunya untuk dimainkan.
Sedangkan Via berusaha menenangkan diri. Menahan kekesalan dan amarah yang sepertinya hampir meledak.
"Udah, jangan di ambil hati Vi!"
"Tapi tu anak ngeselin banget! Untung dia adek gue, kalau bukan udah gue bejek!" Kata Via dengan gestur tangan yang satu mengepal dan menempelkan ke tangan satunya. Seolah dia ingin benar-benar membejek Melia.
"Minum dulu Vi!" Kataku sambil memberikan sekaleng soft drink yang aku ambil dari lemari es mini ku.
"Thanks ya Lan." Katanya dan cepat-cepat meminumnya.
"Kenapa lu ngekost Lan? Emang lu bukan asli orang sini ya?" Tanyanya setelah terlihat lebih tenang.