Aku dan Lusi mengenakan gaun putih cantik dengan pita kupu-kupu dirambut kami, berlarian di hamparan rumput hijau, kami berusaha mengejar pelangi yang menanti didepan sana, tertawa bersama walaupun wajah Lusi samar terlihat, kemudian dia berbisik “Aku rindu kamu Dir” aku kemudian membuka mata, ternyata hanya mimpi. Kenapa setiap aku memejamkan mata sebentar, aku selalu mendengar suara Lusi dan suaranya begitu jelas seakan-akan dia benar ada disini. “Sebenarnya kenapa aku mencari kamu Lusi? Apa aku akhiri saja pencarian ini?” Aku tertunduk lesu, tanpa sadar seseorang sudah duduk di sampingku, aku melihat dia, lagi-lagi Arka.
Arka : “Baru pulang Dir?”
Dira : “Hmm..”
Arka : “Kok keliatannya lesu banget.. kenapa?”
Dira : “Kamu dari mana? Seminarnya lancar?”
Arka : “Ditanya malah balik nanya, Alhamdulillah lancar, tapi kurang seru karena gak ada kamu mungkin…!!”
Dira : “Apaan sih orang kita baru kenal juga..”
Arka : “Kamu dari mana?”
Dira : “Biasa..”
Arka : “Oh iya aku udah dengar tentang mata kamu, maaf ya!!”
Dira : “Kamu cari tahu tentang aku..? iya gak apa-apa”
Arka : “Tapi sungguh Dir, mata kamu mirip sekali dengan mata Frans temanku yang di Belanda, mata kalian unik, kalau boleh tahu yang mendonorkan mata untuk kamu siapa?”
Dira : “Aku gak tau juga ka… huaaaammmm..” Aku menguap
Arka : “Ihh kalau nguap itu tutup mulut, nanti bakteri, virus masuk lagi…”