Enam bulan aku mempersiapkan segala sesuatu untuk kuliah di Belanda dan hari ini aku akan berangkat. Arka juga pergi ke Belanda, dia harus segera menyelesaikan S3 nya disana, jadi aku berangkat bersama Arka. Untuk sementara waktu aku juga tinggal di rumahnya Arka, tentu atas izin orang tua ku, juga orang tua Arka. Entah sejak kapan, aku dengan Arka jadi teman dekat, tapi sebatas teman bukan pacaran. Arka orangnya memang sudah baik, bukan hanya padaku, tapi pada semua orang, Arka juga akrab dengan teman-teman di kampus ku seperti Novi, Angga dll, terutama panitia-panitia seminar dulu.
Arka : “Sudah lengkap semua Dir? Gak ada yang ketinggalan kan?”
Dira : “Sip sudah Bos..!!”
Arka : “Pasport and Visa?”
Dira : “Beres..”
Mama dan papa mengantar kami ke Bandara, dari kemarin malam sampai hari ini mama terus menangis, aku berpamitan dengan orang tuaku. Sebenarnya aku juga sedih, ini kali pertama aku berpisah jauh dengan keluarga.
Dira : “Mama sudah jangan nangis a.. malu dilihat orang-orang, Dira baik-baik aja kok..”
Mama : “Kamu ini.. kamu gak tau perasaan seorang ibu saat ditinggal pergi anaknya..”
Dira : “Iya iya sini peluk…”
Arka : “Om tante kami berangkat dulu…!!”
Papa : “Iya Arka.. titip Dira ya, nanti kalau sudah di rumah langsung kabari kami ya..”
Arka : “Iya om..”
Belanda I’am Coming…… Perasaan sedih karena harus meninggalkan keluarga memang ada, tapi aku harus semangat untuk masa depan ku juga. Sedih boleh tapi jangan lama-lama. Sesampainya di Belanda, aku langsung menghubungi keluarga di Indonesia, ku dengar kata papa, mama masih saja menangis, membuat aku khawatir, untung saja Arka punya ide supaya mama berhenti menangis.
Dira : “Mmmm Ma.. nanti kalau Dira pulang, Dira akan kasih hadiah ke mama, tapi syaratnya mama berhenti nangis..” Idenya Arka ternyata berhasil, mama langsaung ketawa ketiwi, dasar mamaku.
Arka : “Dir kita cari makan dulu ya, aku lihat kamu tadi gak makan di pesawat”
Dira : “Iya..”
Selesai makan, kami menuju rumah Arka, rumahnya cukup luas, desain orang-orang Belanda pada umumnya, Arka menunjukan kamarku.
Arka : “Untuk sementara kamu tidur disini ya, sampai kita cari tempat tinggal baru buat kamu.. maaf juga beratakan, soalnya lama gak dihuni..”
Dira : “Iya gak apa-apa, ini aja aku sudah sangat bersyukur.. makasih ya”
Arka : “Iya sama-sama, kamu istirahat aja dulu.. selamat malam..”
Dira : “Malam..”
Esok hari sudah tiba, setelah sholat subuh aku langsung ke dapur mau membuat sarapan, tapi ternyata sudah keduluan Arka, dia rupanya lebih dulu bangun dari pada aku.
Arka : “Eh Dira, kamu mau sarapan apa? Nanti aku buatkan”
Dira : ‘Apa aja yang penting bisa di makan.. sini aku bantu..”
Arka : “Jangan, kamu diam disitu aja, kamu kan tamu..”
Dira : “Hmm Ok kalau kamu maksa”
Rupanya tubuhku masih terlalu lelah dan aku masih mengantuk, beberapa kali aku menguap. Aku menatap Arka yang sedang sibuk memasak. Ternyata aku sudah sampai di sini, aku masih belum percaya sepenuhnya, bahwa kakiku menginjak Belanda, beasiswa itu bisa dengan mudahnya aku dapatkan, berkat bantuan Arka juga sih. Tapi kenapa rasanya masih ada yang kurang? Padahal aku termasuk orang yang beruntung.
Arka : “Hei.. jangan bengong..!!” Arka menegurku “Kamu masih ngantuk ya?”
Dira : “Hmmm iya.. aku mau mandi aja deh dulu, biar lebih segar dan gak ngantuk lagi..”
Arka : “Iya lebih baik kamu mandi, sarapan biar aku yang urus”
Selesai sarapan aku dan Arka mencari rumah, Arka mengajakku menemui temannya yang akan membantu mencari kontrakan atau kos-kosan dekat kampus. Sesampainya kami di komplek perumahan, sudah ada dua orang yang menunggu kami, satu laki-laki dan satu perempuan, yang laki-laki sangat tinggi dan yang perempuan sepertinya bukan orang sini.
Arka : “Hii.. Good Morning..” Arka dan aku menghampiri mereka, Arka mempernalkan teman-temannya itu padaku. “Dir ini teman-temanku, Anthony dan Zao..”