Pagi yang sejuk karena baru selesai hujan, aku dan Dimas janjian ketemu untuk mencari pak Krisna. Aku pergi diam-diam, takut papa tahu. Aku juga sengaja hari ini naik bus, supaya papa gak curiga. Tapi di Bus aku bertemu Arka, aku duduk di belakang kursi Arka. Aku ingin sekali bicara padanya dan aku tidak tahu perasaan ini, campur aduk. Aku dengar dia sudah menjual rumahnya yang di Belanda, dia juga sudah dapat kerja di sebuah perusahaan ternama. Aku ingin menanyakan kabarnya, kabar ibunya, tapi tidak bisa, dia semakin menjauh, bahkan saat ini dia tidak tahu aku duduk di belakangnya. Aku berhenti menatap Arka, saat seorang nenek naik ke Bus, aku menawarkan kursiku dan memilih untuk berdiri. Penumpang semakin banyak, aku jadi semakin maju untuk mencari tempat lapang dan malah sekarang aku berdiri di samping Arka. Aku sedikit maju supaya Arka tidak melihatku. Aku benar-benar benci saat Bus penuh, mana di belakang ku ini mas-masnya ganjen. Aku merasa mas-mas ini menatap tubuhku. Tiba-tiba.. “Woi…!!!” teriak seseorang, yang membuat seisi bus menatapnya. Ternyata Arka yang berteriak, terlihat dia memegang lengan mas-mas tadi.
Arka : “Kalau punya tangan itu di jaga mas..!!”
Arka terlihat benar-benar marah.. Aku tidak tahu kenapa. Aku hanya tercengang melihat dia semarah itu, tanpa tau penyebabnya, sementara mas-mas tadi minta maaf dan langsung turun dari Bus. “Duduk sini…” Arka menarik lenganku dan menyuruhku duduk sementara dia berdiri. Gak lama kemudian Arka turun dari Bus, aku mengikuti Arka.
Dira : “Arka..” aku memanggilnya.. kelihatan wajah merah Arka sudah mulai padam. “Kamu kenapa marah sama mas tadi?”
Arka : “Kamu ya.. selalu nyusahin aku..”
Dira : “Maksud kamu apa sih?”
Arka : “Kamu tuh pura-pura bodoh atau bodoh beneran sih Dir?”
Dira : “Kamu kenapa sih, marah-marah mulu?”
Arka : “Kamu gak tahu hah? Laki-laki tadi itu mau melecehkan kamu..” Arka membuang wajah ke samping.
Dira : “Hah?” Aku melindungi diri dengan kedua lenganku dan melihat kiri kanan, berusaha menghindar dari orang-orang yang lewat. Arka malah tersenyum melihat tingkahku.
Arka : “Dasar kamu…”
Dira : “Ko kamu malah senyam senyum.. aku takut nih..”
Arka : “Udah udah gak apa-apa, orangnya udah gak ada kok..”
Dira : “Tapi.. gak apa-apa deh, yang penting sekarang aku udah bisa bicara sama kamu lagi.. Makasih MAS MAS..!!” teriakku ke jalan, Arka yang malu malah pergi ninggalin aku “Arka tunggu.. kamu mau kemana?”
Arka : “Gak tahu, udah sana kamu..!! Pergi jauh-jauh dari aku..”
Dira : “Ishhh Arka.. kamu udah gak marah lagi kan sama aku..? Arka.. Arka..” Arka malah tertawa.
Aku dan Arka sudah baikkan, amarahnya sudah mereda, syukurlah. Aku senang sekali sekarang bisa berteman lagi dengan Arka. Kami sedang duduk di sebuah kedai es kelapa, karena capek kejar-kejaran.
Dira : “Gara-gara kamu nih aku jadi kehausan..”
Arka : “Siapa suruh kamu lari..”
Dira : “Tapi beneran kan ka kamu maafin aku??”
Arka : “hmmm…” sahut Arka. “Tapi kamu harus janji jangan kayak gitu lagi”
Dira : “Aku masih bingung ka, sebenarnya salah ku itu apa?”
Arka : “Dasar manusia tidak sadar diri, ok aku kasih tau kesalahan-kesalahan kamu..” aku semangat mendengarkan kesalahan apa yang telah aku perbuat pada Arka.
Dira : “Iya iya aku dengarin, apa aja? Jangan banyak banyak ya..” ucapku.
Arka : “Satu kamu gak tau kalau aku yang nyelamatin kamu, dua ponselku ikutan kelelep gara-gara kamu, tiga kamu malah mikir Frans yang nolong kamu, empat kamu menganggap aku teman tapi kamu punya banyak rahasia, lima aku bawa selimut buat kamu tapi kamu malah pakai jaket frans”
Dira : “Banyak juga ya, ternyata lebih dari satu.. tapi kamu juga salah tau.. satu kamu cuekin aku, dua berbulan-bulan kamu gak ngabarin aku, tiga aku sampai di Indonesia kamu masih cuekin aku, empat kamu gak ada pas aku sadar..” Aku melihat kesamping, Arka memegang daguku dan memalingkan wajahku supaya bisa menatapnya.
Arka : “Kamu benar-benar gak tau betapa khawatirnya aku sama kamu, sampai-sampai satu hari 2 malam aku gak tidur, ngejagain kamu aja nungguin kamu sadar” Mataku berair mendengar ucapan Arka. “Esnya udah datang” Aku terharu, ternyata sekali lagi dugaan ku salah, Arka ada disaat aku sakit.
Dira : “Maaf..”
Arka : “Udah gak apa-apa..”
Arka mentraktirku es kelapa, padahal hari mendung dan dingin, kami malah minum es, memang kelakuan kami ada ada saja. Arka bertanya padaku aku mau pergi kemana.
Arka : “Sekarang kamu mau kemana?”
Dira : “Mau cari Lusi..”
Arka : “Lagi..?”
Dira : “iya..”
Arka : “Sama siapa? Sendiri?”
Dira : “Berdua sama Dimas..”
Arka : “Siapa Dimas?”
Dira : “Temannya Lusi satu sekolah dulu”
Arka : “Aku ikut ya?”