Awal semester baru tiba, aku harus berangkat ke Belanda lagi. Arka tidak pergi ke Belanda semester ini, keadaan ibunya semakin memburuk. Aku sedih sih pasti gak akan seru tanpa Arka, tapi mau gimana lagi, orang tua tetap nomor 1. Hari ini Arka yang mengantarku ke Bandara, karena mama papa sibuk kerja. Diam sunyi senyap tanpa sepatah kata pun terucap. Entah saat ini aku tidak tahu apa yang ku rasa, Arka sepertinya juga sama, dia hanya diam. Turun dari mobil langsung ke ruang tunggu, pesawatnya udah mau berangkat 5 menit lagi. Aku pamitan pada Arka.
Dira : “Aku pergi dulu ya.. titip Indonesia.. hehe” ucapku bercanda..
Arka : “Apaan sih.. jaga diri baik-baik ya!! Secepatnya aku nyusul.. Jangan nangis mulu.. huuhu gadis cengeng…!!” Arka mengacak acak rambutku…
Dira : “Aduh… Arka.. aku berjam-jam loh ngerapiin rambut, kamu mah.. ishhh udah aku berangkat… bye…”
Arka : “Eh.. eh cium tangan dulu, ini anak gak sopan ya… enggak salim enggak salam anak zaman sekarang ya” aku menyipitkan mataku dan menghampiri Arka..
Dira : “Iya…iya..” Aku pura-pura mengulurkan tangan kemudian..
Arka : “Aduhhhh…” Teriak Arka “Dira…!!!!”
Dira : “Assalamualaikum.. hehe…” ucapku, kemudian berlari, lagi.. aku menginjak kaki Arka makanya dia teriak, bukannya salim aku malah menginjak kakinya, dia tertawa dan menggelengkan kepala.
Arka : “Dasar Dira… masih.. saja”
Penerbangan kali ini diiringi hujan, bahkan sesampainya aku di Belanda juga hujan. Aku berada disini lagi. Rasanya kemarin aku masih mendengar tawa keluargaku, sekarang sendiri lagi. Baru juga pergi sudah rindu saja rasanya dengan Indonesia dan orang-orangnya. Rumahku terlalu berdebu karena lama ditinggal. Agenda untuk beberapa hari ini akan sangat penuh dengan yang namanya beres-beres rumah. “Dii..ra” seseorang memanggilku.. aku melihat ke luar rumah, enggak ada siapa-siapa. Aku merinding kemudian melihat sekitar, masa iya rumahku berhantu? baru ditinggal sebentar. Untuk mengusir ketakutanku, aku segera ke kamar kemudian mendengarkan murrotal. Drrrtttt Drrrtttt.. ponselku bergetar..
Dira : “Halo.. Assalamualaikum…”
Mama : “Wa’alaikumsalam.. Kamu sudah sampai rumah?”
Dira : “Hmm iya ma baru aja.. ade mana ma?”
Mama : “Ini ade lagi main sama papa.. titipan mama buat teman kamu gak ketinggalan kan?”
Dira : “Iya ada..”
Mama : “Jangan lupa sholat ya, jangan keluyuran…” Bla bla bla.. nasihat mamaku akan sangat banyak.. yah gak apa lah, sekalian menghilangkan kesendirian ku disini.
Dira : “Ma udah dulu ya, Dira mau istirahat.. capek.. mau tidur”
Mama : “Yaudah tidur aja, jangan lupa kunci pintu..”
Dira : “Udah tadi.. Assalamualaikum..”
Mama : “Wa’alaikumsalam..”
Zao sudah menungguku di depan perpustakaan, aku ingin memberikan dia oleh-oleh dari Indonesia. Anthony dan Frans juga datang, aku membawakan mereka bolu buatan mama dan durian.
Zao : “Oo Durian…” ucap Zao semangat..
Dira : “You know durian..?”
Zao : “Of course.. I know this from Arka..”
Dira : “Ooo..”
Anthony : “Uuuuhhh i like durian..”
Frans : “Aku belum pernah makan durian.. emang rasanya enak?”
Ternyata Frans tidak tahu rasa durian, kesempatan emas. aku Zao juga Tony ingin mengerjai Frans. Duriannya sudah dalam kemasan, jadi rugi sih sebenarnya Frans gak bisa lihat buahnya langsung.
Dira : “Eyyy Zao.. this is the best fruit right?” Aku memancing Zao dengan wajah berlagak meyakinkan, supaya Frans percaya.
Zao : “Yes..” Zao mengacungkan jempolnya..
Anthony menyembunyikan wajahnya karena tidak bisa menahan tawa. Aku menyuruh Frans membuka toples buah itu sendiri. Dia awalnya semangat tapi kemudian jadi ragu.
Frans : “Hmmm Really?” tanyanya lagi. Kami bertiga hanya menggangguk dan tidak sabar melihat reakasi Frans. 1 2 3 “Eeeeuuuuuwwww… Oh my god… what it’s that??? Uwweeeekkk”
HAHAHA… kami bertiga puas tertawa melihat reaksi Frans. Dia tidak suka bau durian, dia bahkan pergi menjauh dari kami.
Dira : “Kena kamu..” ucapku..
Frans : “Dira… bau apa itu, mengerikan…”
Dira : “Ini enak tahu.. sini cobain dulu..”
Frans : “No…No…”
Dira : “Ih kamu.. Zao sama Tony aja suka..”
Frans : “Apaan…” ucap Frans, dia terus menjauh, aku membawa toples itu dan mengejar Frans..
Dira : “Hayooo kamu sini Frans…!!!” kami kejar-kejaran karena durian..
Frans : “No.. Dir…No..!!”
Usai kejar-kejaran, kami pulang ke rumah masing-masing. Tapi aku gak pulang dulu, Frans minta ditemani ke sebuah tempat. Katanya dia mau ketemu sama temannya ngambil barang, karena barangnya banyak jadi dia minta tolong bantuin bawa. Kenapa gak minta tolong sama Zao juga Tony tadi aja, katanya gak enak, dasar Frans.
Dira : “Barang penting ya Frans?” Aku lebih suka bahasa Indonesia kalau bicara sama Frans, dia juga pernah bilang ke aku buat sering-sering pakai bahasa Indonesia saja, sambil belajar katanya.
Frans : “Peralatan lukis mama, ringan ko bawanya, tapi ribet karena banyak, makanya aku minta tolong sama kamu”
Dira : “Mana teman kamu? Udah janjian kan?”
Frans : “Nah itu dia… Heiiii Bella..” Arka cipika cipiki dengan perempuan itu, mereka terlihat akrab. “Dir kenalkan dia.. Isabella..”
Dira : “Haii… I’m Dira..” ucapku.. aku lama menatap Isabella, dia seperti tidak asing bagiku. Aku mengulurkan tangan pada Bella.