Tatapan sinis Arka sedang tertuju ke arahku.. bahkan mobil pun sampai dia hentikan karena terkejut mendengar ucapanku. Aku tidak tahu kalimat apa yang akan Arka lontarkan. Semoga perkara ini tidak membuat jarak lagi antara aku dan Arka.
Arka : “Ha…haha..haha….” Arka tertawa nyaring, respon yang tidak terduga.
Dira : “Kenapa ketawa?” tanyaku heran.
Arka : “Lucu Dir.. hahaha” Arka lanjut tertawa, dia sampai menahan perutnya.
Dira : “Kamu pikir ini lucu?” aku mulai kesal.
Arka : “Haha iya.. hahaha” Arka masih tertawa..
Dira : “Gak lucu Arka.. udah cepat nyalain mobilnya, aku mau pulang..”
Arka : “Haha oke lah…”
Mobil pun berjalan kembali, Arka sudah berhenti tertawa, walaupun beberapa kali dia masih terkekeh sendiri karena mengingat ucapanku barusan. Aku pikir Arka akan meledak, dugaanku salah, malah sebaliknya. Jalanan mulai tertutup salju, sebentar lagi kami tiba di rumahku. Tapi malam ini sepi sekali, tidak ada satupun mobil yang lewat, mungkin orang-orang malas keluar rumah karena dingin. Arka menancap gas mobil, supaya lebih cepat sampai, khawatir juga mogok di jalan. Kami bisa mati kedinginan nantinya. Akhirnya sampai juga, akupun bergegas turun dari mobil.
Dira : “Makasih ya ka, udah nganterin pulang.. kamu mau mampir atau langsung pulang?”
Arka : “Langsung pulang aja..”
Dira : “Oke..”
Arka kemudian melesat pergi, aku masuk ke dalam rumah dan segera menuju ke dapur untuk menyeduh kopi. Setelah itu aku pergi ke kamar untuk mengganti pakaian. Saat melewati tangga aku merasa ada sesuatu yang lain sedang menatapku dari belakang, aku menoleh tapi tidak ada apa-apa. Mungkin hanya perasaanku, selesai berganti pakaian, aku kembali ke dapur untuk mengambil kopiku. “TOK…TOK..TOK….” Suara orang mengetuk pintu. Aku terperanjat dari tempat duduk. “Siapa malam-malam begini mengetuk pintu..?” aku berjalan menuju jendela dan melihat ke luar, tidak ada siapa-siapa. Aku mulai takut, bukan takut pada hantu. Aku hanya takut ada orang yang menerror rumahku lagi, setelah kejadian kertas waktu itu. Aku mengunci pintu dan segera naik ke kamar, tapi “TOK TOK TOK” suaranya ada lagi. Bismillah dengan cepat aku membuka pintu..
Dira : “Arka….!!!” Ucapku.. ternyata yang mengetuk pintu adalah Arka. “Kamu ngapain? Bukannya tadi udah pulang?”
Arka : “Aku boleh masuk gak? Dingin banget nih..”
Dira : “Iya masuk-masuk…” Aku menyuguhkan kopi dan memberi selimut untuk Arka. “Mobil kamu mana?”
Arka : “Aku tinggal di pinggir jalan.. mobilku gak bisa lewat, jalanan sudah tertutup salju semua”
Dira : “Kamu tuh bikin kaget tau, aku kira siapa malam-malam ngetuk pintu, juga gak manggil aku”
Arka : “Maaf.. maaf.. aku kedinginan, gak sanggup ngomong lagi, hampir satu kilo jalan kaki..”
Dira : “Hmmm sebentar lagi saljunya berhenti, tunggu aja disini sampai petugas membersihkan jalanan dari salju”
Aku berdiri hendak pergi ke kamar.. tapi tiba-tiba “TOK…TOK…TOK…” aku dan Arka terkejut. Kami melihat satu sama lain, kemudian menatap pintu. “TOK..TOK…TOK…” Pintu sudah terkunci.
Arka : “Kamu tunggu disini, biar aku yang buka pintu..”
Dira : “Aku ikut, aku takut sendiri..!!”
Arka : “Ishhh ya udah..”
Kami sudah di depan pintu, tapi tidak ada lagi suara ketukan pintu. Arka mengecek dari kaca dan tidak ada siapapun di luar. “Krek…krek…krek….krek…” Gagang pintu tiba-tiba bergerak sendiri. “Krek… krek..krek..krek…” semakin cepat. Wajah kami menjadi pucat tegang, jelas sekali tidak ada orang di luar. Arka menarik nafas pelan.. Semoga Arka gak nekat membukakan pintu.
Arka : “Hitungan ketiga…” dia memberi isyarat padaku..
Dira : “Apa?” tanyaku dengan ketakutan…
Arka : “1..2…”
Dira : “Apa..??” aku belum paham hitungan Arka untuk apa.
Arka : “Lariiiiiiii……!!!!!!” Dengan kencangnya Arka lari meninggalkan aku ke atas…
Dira : “Arka.. hu..u…” Bukannya lari, aku malah masih disini, mana pintunya masih gerak sendiri. “Hey… kamu, arwah gentayangan.. penunggu rumah ini, siapapun kamu.. atau kamu neneknya Anthony…!!” gumamku sendiri “Maaf kalau aku ada salah, tapi jangan ganggu kami”
Arka : “Dir.. kamu ngapain masih disitu? Sini…” Arka memanggilku dari tangga.. “Aduh.. ini anak malah ngajakin hantunya ngomong..”
Dira : “Sttt…sssttt…” aku menyuruh Arka diam.. Gagang pintu itu sudah berhenti bergerak, karena penasaran aku nekat membuka pintu, hingga..
Beberapa saat kemudian…
Arka : “Dir… dira.. bangun hey.. aduh dia malah pingsan..” Aku tidak sadarkan diri setelah membuka pintu. Arka sangat panik dan khawatir. Aku kemudian membuka mataku, rupanya sudah ada Zao dan Anthony kemari.
Zao : “Dira.. are you Ok?”
Arka : “Dira…. Dir, dipanggil malah diam, jangan bilang kamu kesurupan, aduh jangan deh kamu kesurupan, aku gak tau dimana nyari ustadz di Belanda, susah Dir disini gak ada ustadz.. aku gak bisa ruqyah kamu..” Ucap Arka yang membuatku tertawa..
Dira : “Ha… ha… ha.. ha…” Aku tertawa terbahak-bahak, Arka makin takut..
Arka : “Tuh kan benar kesurupan… semoga aja bukan hantu Belanda yang masuk, soalnya aku gak bisa bahasa belanda..” tambah Arka.
Dira : “Ini aku.. haha aku gak kesurupan..”
Arka : “Huh.. syukurlah.. aku kira kamu kesurupan..”
Dira : “Enggak, aku kenapa?”
Arka : “Kamu pingsan pas buka pintu, kamu liat apa?” aku berusaha mengingat apa yang kulihat terakhir kali.
Dira : “Tadi aku liat anak kecil di depan.. dia kayaknya kedinginan, sekarang dia ada dimana?”
Arka : “Jangan becanda deh, udah mendingan kamu istirahat.. aku mau pulang dulu, jalanan udah bersih dari salju, Zao sama Tony nginap disini.. Ok?” Arka mengelus kepalaku.. Aku mengangguk, Arka pamit pulang, diantar Tony ke depan..
Hari sudah berganti.. kejadian semalam cukup menakutkan, aku masih kepikiran dengan anak kecil yang ada di depan pintu, aku juga memikirkan kenapa aku tiba-tiba pingsan. Aku hari ini tidak ada kelas, jadi aku pergi ke caffe. “Tutttttt…..tut……..” bunyi klakson mobil, aku menoleh.. “Dira..” panggilnya. Orang itu memanggilku dan keluar dari mobil.
Dira : “Frans…?” kenapa aku harus bertemu dia lagi sih…
Frans : “Aku tadi ke rumah kamu, ternyata kamu disini. Mau kemana? Ayo aku antar..”
Dira : “Hah? Gak usah.. aku mau ke Caffe depan, dekat ko..”
Frans : “Udah.. ayo ikut aku aja..” Frans menarik tanganku…
Dira : “Gak usah Frans… aku jalan kaki aja..” aku terus menolak, tapi frans terus memaksa dan aku tidak bisa menolak lagi. “yaudah..”
Krik krik krik aku dan Frans tidak bicara, dia juga fokus menyetir, akhirnya tiba juga. Frans memarkir mobilnya, aku ingin segera turun, tapi Frans mecegahku.
Frans : “Dir.. jadi apa jawaban kamu?”