Dengan kedua kaki nakalnya, Abraham mengayuh sepeda Ibrahim. Ibrahim yang sadar sepedanya diambil, mengejar Abraham dengan gigih.
Kejar-kejaran terjadi cukup singkat dan jelas. Kegigihan Ibrahim, nampaknya mengguncang pikiran Abraham. Abraham yang panik, memutuskan untuk mengakhiri peran tidak pentingnya dalam cerita ini. Dengan menjatuhkan sepeda Ibrahim ke danau, beliau pamit begitu saja.
Sehingga, kita akan berfokus pada sosok Ibrahim yang sedang mondar-mandir memikirkan cara mengangkat sepeda tua itu. Tapi sambil menunggu, juga untuk memperjelas apa yang terjadi, mari berkenalan dengan adik kesayangannya, Luna, yang dia tinggal karena insiden ini.
Luna merupakan anak berkebutuhan khusus. Usianya hari ini tepat 13 tahun. Dia 5 tahun lebih muda dari kakaknya. Untuk merayakan hari yang istimewa ini, Ibrahim dengan senang hati mengajaknya jalan-jalan.
Setelah seharian mengelilingi Taman di bawah kemarahan matahari, mereka berteduh di bawah pohon di tepi danau tersebut.
Suara penjual Ice kemudian menarik perhatian Luna, Mendorong Ibrahim untuk segera membelinya. Hal inilah yang menciptakan celah bagi Entitas lain untuk merusak moment mereka. Dengan merayap lembut, Abraham menghampiri Luna yang sendirian.
Tadinya, beliau berniat membuat Luna menjerit untuk menarik memancing perhatian kakaknya. Tapi karena Ibrahim sudah menyadari kehadiran beliau, juga sedang bergegas kembali, Abraham pun dengan santai melanjutkan rencananya, yakni menculik sepeda Ibrahim. Begitulah aktifitas kejar-kejaran tidak berguna itu bisa terwujud.
Bagi seorang anak penderita Autisme, Luna mungkin tidak mengerti dengan alur insiden tadi. Tapi, selayaknya adik tersayang, sejauh apapun Ibrahim pergi, dia selalu tahu bahwa kakaknya pasti kembali untuknya. Jadi, di bawah rimbunnya pohon Oak, Luna menantinya dengan tenang sambil memakan ice cream.
Sekarang, penantiannya telah berakhir. Sosok yang kita tunggu telah berhasil mengatasi kesulitannya. Luna melambaikan tangan ke arah Ibrahim yang mengayuh sepeda dengan lelah. Lambaian tangan Luna membuatnya merasa lega.
Karena hari sudah petang, juga semuanya terlanjur kacau, Ibrahim mengajak Luna pulang.