Nafasku terasa memburu. Aku berusaha untuk terus lari menjauh. Menjauh dari orang-orang yang entah darimana datangnya, yang tanpa henti menghina diriku. Kata-kata mereka terasa menusuk-nusuk hatiku, terasa sangat pedih. Air mataku sampai menetes, tak tahan dengan ucapan mereka.
Kata - kata kejam dan hinaan terus menerus keluar dari mulut mereka.
Siapa mereka hingga harus begitu kejam kepadaku ?
Aku masih terus berlari untuk menghindari kata-kata kejam dari orang-orang yang tak aku kenal itu. Namun, tiba-tiba saja, aku merasakan ada yang memegang lenganku. Aku menghentikan langkahku. Dengan heran dan agak kaget, ku pandang sosok yang tengah memegang lenganku itu.
Putih.
Aku melihat warna putih pada sosok yang tak aku kenal itu. Pakaiannya serba putih. Kulitnya pun juga sama. Namun, aku tak bisa memandang wajahnya. Wajahnya tak dapat kulihat jelas. Tapi aku tahu dia seorang laki-laki.
Apakah laki-laki ini seorang Malaikat?
Bukan. Aku merasa yakin dia bukan Malaikat.
Tangannya yang halus mengusap air mata di pipiku. Aku hanya membiarkannya melakukan hal itu. Dan aku juga tidak mengerti, hatiku terasa tenang dan nyaman. Hilang semua rasa pedih di hatiku tadi.
Tanpa aku duga, laki-laki itu mencium bibirku.
Aku tersentak lalu membuka mataku. Gelap dan sunyi. Hanya terdengar detak jam di kamar.
Aku terdiam sesaat sambil berusaha mengingat yang baru saja aku alami. Dan aku rasakan jantungku yang berdebar kencang. Kupegang dadaku. Aku ingat, aku baru saja bermimpi. Mimpi yang terasa nyata.
Aku bangun dari tempat tidur lalu membuka mataku lebar-lebar. Ku pandang Morris yang tengan tertidur lelap di tempat tidurnya. Ku sanggah daguku dengan tangan kananku.
Mengapa aku dapat mengingat dengan jelas mimpiku kali ini? Hatiku terasa sangat tenang dan nyaman.
Siapakah sosok laki-laki dalam mimpiku itu? Aku yakin dia bukan seorang Malaikat. Lalu, siapakah dia sebenarnya?