CERITA HOROR TUMBAL PESUGIHAN

bungafif
Chapter #4

NENEK MISTERIUS


Sosok yang tadi mengetuk pintu itu langsung menarik paksa tanganku keluar dari rumah ini. Aku yang shock mencoba menahan dengan sisa tenaga. Rambutnya yang putih panjang tampak melambai-lambai menutupi sebagian wajahnya yang keriput.

Tongkatnya yang berwarna kuning tampak terjatuh karena dampak adu tarik dengan aku. Dia tergesa menarik tanganku, sementara aku panik menahan diri. Wajahnya hitam legam dengan baju sobek-sobek dan usang. Sementara tanpa sengaja mataku menangkap satu-dua belatung yang menempel di rambut kepalanya yang penuh uban.

"Kamu siapa? Tolong lepasin aku!" Aku memohon merengek. Mengaitkan kakiku ke pintu agar tidak terikut tarikan nenek.

"Kamu dalam keadaan bahaya," ucapnya lalu menarik lagi tanganku dengan paksa.

Aku menggeleng. Panik sambil menahan diri agar tidak terbawa tarikan si nenek.

Tiba-tiba lampu di ruanganku mati-hidup dalam hitungan detik. Mati. Hidup. Mati. Dan seterusnya.

Perasaanku semakin panik.

"Ayo cepat keluar dari sini, Nak. Kamu dalam keadaan bahaya malam ini." Si nenek terus memaksa menarik tanganku. Bahkan sarung cokelat usang yang membalut pinggang kerempengnya hampir terlepas.

"Tolong lepasin aku, Nek. Tanganku mengambil tongkat si nenek tadi lalu aku layang-layangkan untuk memukul. Aku tidak tahu apakah pukulan tongkat itu mengenai sasaran atau tidak karena kondisi lampu yang mati hidup.

Namun yang jelas si nenek itu menangkis pukulanku, menahan tongkat, lalu menariknya keras. Sontak tongkat itu kembali berada di tangan si nenek. Sekarang dia berhenti menarik tanganku, tangannya juga berhenti memegang lenganku.

"Nay, cepat keluar dari rumah ini. Malam ini kamu dalam kondisi berbahaya. Cepatlah, Nak. Ayo cepat," bujuk nenek itu.

Aku menggeleng. Bagaimana aku bisa percaya pada seseorang yang tidak aku kenal. Bahkan dengan entengnya mengatakan kalau aku dalam kondisi bahaya, malam ini.

"Nenek salah orang, tolong pergi dari rumahku. Atau kalau nenek butuh uang, akan saya kasih," jawabku menawarkan materi. Dari pada si nenek ini menculik aku, lebih baik aku kasih uang. Aku kasihan melihat wajahnya yang sudah keriput, dan kondisi fisik yang tidak mampu. Mungkin dia sedang butuh uang.

"Nay, kamu sedang ngobrol sama siapa?"

Aku mendengar ibu memanggil namaku dari belakang.

"I....ini, Bu, ada nenek-nenek," jawabku sambil berpaling ke arah ibu. Aku langsung berdiri hendak mengadu ke ibu kalau si nenek tadi menarik paksa tanganku.

Tapi dalam sekejap, saat aku berpaling lagi ke pintu, si nenek sudah hilang entah kemana. Aku bergegas mencari si nenek. Melangkah keluar pintu. Kosong. Toleh kanan. Kosong. Toleh kiri juga kosong. Melangkah lebih jauh ke area sekitar. Tidak ada.

Ini benar-benar ganjil. Ada banyak keganjilan yang menimpaku di sore hari dan malam ini.

"Nay, jangan keluar rumah malam-malam," teriak ibuku mengejar aku yang berlari ke halaman rumah untuk mencari si nenek tadi.

"Tadi aku melihat nenek-nenek, Bu. Dia menarik tanganku." Aku masih berputar-putar di halaman rumah. Menelisik setiap sudut untuk mencari sosok tua dengan tongkat bambu kuningnya.

"Mana ada nenek di sini. Ayo masuk udah malam." Ibuku merangkul lenganku lalu menarik lembut untuk masuk ke dalam rumah.

Dengan terpaksa aku mengikuti ibu. Melangkah berjalan menuju pintu rumah. Tiba-tiba aku mendengar suara memanggil-manggil namaku dengan pelan dan lembut. Suranya terdengar memantul-mantul.

Lihat selengkapnya