Yolanda Baswara meletakkan garpunya, meraih gelas air putihnya dan meneguknya. Dia sedang makan siang bersama putranya Hendrik dan menantunya Melissa.
" Ini sudah beberapa bulan sejak Crystal bekerja di mall sebagai staff bawahan, yang bahkan harus kerja di hari Sabtu begini." Yolanda memulai.
Melissa melirik ibu mertuanya dan melanjutkan makan dalam diam. Hendrik menyelesaikan suapan terakhir lalu mengelap mulutnya dan menghabiskan kopi hitamnya sebelum menjawab ibunya.
" Crystal menyukai kerjaannya sekarang, ibu mendengarnya sendiri tadi. Lagi pula dia sekarang sedang melakukan riset untuk kemajuan mall kita."
" Pernahkah Crystal membantah apapun yang kalian aturkan untuknya? Pernahkah dia menyatakan keinginannya kepada kalian?" Yolanda bertanya tajam.
" Apakah Gyana yang mengatur penempatan Crystal?" Tanya Yolanda lagi.
" Ibu, menurut pendapat Gyana biarkan Crystal belajar dari bawah dulu, dia masih muda dan belum berpengalaman, nanti seiring waktu posisinya akan dinaikkan." Kali ini Melissa yang menjawab.
" Apakah Gyana ketika pertama kali masuk perusahaan juga punya pengalaman? Kurasa dia langsung menduduki posisi manajer bukan?" Tukas Yolanda langsung.
" Sudahlah bu, biarkan dulu Crystal beberapa bulan di situ, nanti saatnya akan tiba dia menduduki posisi lebih tinggi." Kata Hendrik.
Yolanda hendak menjawab lagi, tapi melihat ekspresi Hendrik dia mengurungkan niatnya. Hendrik melihat jam tangannya dan berdiri.
" Aku ada janji main golf dengan rekan-rekanku. Kalian lanjutkan aza makan siangnya."
" Maaf ibu, aku juga sudah selesai. a-aku ada pertemuan arisan." Melissa juga berdiri.
Yolanda tidak berkata apa-apa. Dia menyuruh Vinna-asisten rumah tangga memotong buah melon, sambil menusuk potongan melon dengan garpu, dia bertanya kepada Vinna.
" Gyana masih tidur? Kamu yang tiap malam mengecek pintu depan bukan? Semalam pulang jam berapa dia?"
" Iya bu, nona Gyana masih belum bangun, sekitar jam 2 subuh pulangnya." Jawab Vinna sambil membereskan meja makan.
Yolanda menggelengkan kepalanya, dia bukannya tidak tau bahwa Gyana kurang kompeten mengurusi perusahaan. Keputusan salah yang diambilnya beberapa kali banyak menjatuhkan nilai saham, hanya tinggal tunggu waktunya para pemegang saham lainnya merasa kurang puas akan kinerjanya.
Yolanda sungguh-sungguh berharap Gyana akan bekerja lebih keras dan belajar dari kesalahan-kesalahannya sehingga dia bisa menjadi seorang Ceo yang handal. Yolanda memutuskan akan mengawasi dalam diam dulu untuk sementara ini.
Begitu pula untuk Crystal, dia akan terus memantau perkembangannya sebelum turun tangan langsung kalau Gyana tetap membiarkan Crystal di posisi-nya yang sekarang, dan Hendrik tidak melakukan apa-apa untuk itu.
Yolanda kembali ke kamar tidurnya dan mengeluarkan ponselnya, lalu menekan nomor yang sudah di hapalnya di luar kepala .
" Joseph, berikan laporanmu untuk Minggu ini." Kata Yolanda dengan tegas begitu orang di seberang sana mengangkat ponselnya.
Antrian mobil untuk masuk Aries-Starmall ini mengular panjang, padahal ada beberapa pintu masuk. Petugas-petugas tampak sigap mengatur masuknya kendaraan. Randi memarkir mobilnya di lantai 4, parkirannya luas sekali, bahkan ada 4 basement tapi juga sudah hampir penuh.
" Rame banget ya, orang-orang bener doyan ya sesuatu yang baru." Ujar Randi sambil menekan tombol lock.
" Iyalah Ran, elu juga doyan kalo dapat istri baru." Olive berkata sambil berdecak.