Crystal menuruni tangga, sudah waktunya mereka berangkat kalau tidak mau terlambat janjian dengan dokter Gideon. Tadi pagi setelah sarapan paman Felix Baswara datang mengunjungi nenek. Felix Baswara adalah putra dari Jonni Baswara, adik dari kakek.
Setelah sarapan Crystal kembali ke kamarnya, dan nenek mengobrol dengan Felix Baswara di ruang duduk. Crystal langsung menuju ruang duduk.
" Itu selalu menjadi alasanmu Felix, aku sudah bosan mendengarnya." Suara nenek terdengar dari luar.
" Bukan salahku kalau aku selalu apes bibi, tidak semua Baswara itu beruntung." Felix berkata pahit.
" Kurasa bukan hanya masalah keberuntungan, tapi kamu tidak pernah belajar dari kesalahan sebelumnya. Belum lagi sifat judi-mu Felix, jangan mengira aku tidak tau itu." Ujar Yolanda tajam.
Wajah Felix memerah, dia menggepalkan tangannya. Menahan kemarahannya dia berusaha membujuk Yolanda lagi.
" Aku menyesal bibi, aku berjanji akan berubah kali ini. Tolonglah aku, pandanglah ayahku, dan anakku." Kata Felix memelas.
" Kamu bahkan bukan anak kecil lagi Felix, selama ini karna memandang Jonni-lah, aku selalu membantumu. Tapi tidak untuk kali ini, kamu harus mencari jalan sendiri." Yolanda berkata dengan tegas.
Crystal berdiri di luar, merasa tidak enak untuk masuk. Dia tau Felix sering datang meminta bantuan keuangan dari nenek, entah kenapa usahanya selalu gagal dari dulu. Istrinya sudah meninggal dan putranya Victor seusia Crystal kadang di ajak datang juga.
" Kamu-kah Crys? Apa sudah waktunya berangkat?" Yolanda memanggil Crystal, sepertinya nenek mendengar kedatangan Crystal.
" Iya oma, maaf tapi kalau tidak berangkat sekarang kita akan terlambat, selamat siang paman Felix." Crystal memberi salam kepada Felix.
" Selamat siang Crystal, lama tidak ketemu. Sekarang kamu membantu ayahmu di perusahaan ya?" Felix bertanya dengan raut wajah agak aneh.
" Saya bekerja di Baswara Mall di bagian marketing paman." Jawab Crystal sopan.
Felix mengangkat alisnya, dia tersenyum dan menoleh ke arah Yolanda yang memandangnya dengan raut wajah tidak senang. Felix tampak menimbang-nimbang sebentar dan berkata.
" Ayahku baru-baru ini menceritakan padaku tentang sebuah kisah bibi, tapi entah bibi mempunyai waktu tidak untuk mendengarnya." Nada bicara Felix terdengar licik.
" Aku tidak punya waktu untuk omong-kosongmu Felix. Ayo kita berangkat Crystal." Tukas Yolanda tajam.
" Baik oma, saya pamit dulu paman Felix." Crystal menghampiri dan menggandeng neneknya.
" Tidak apa-apa bibi, masih ada waktu. Nanti aku akan menelpon, hati-hati di jalan ya bi." Felix tersenyum lebar.
Yolanda tidak menjawab apa-apa dan langsung berjalan keluar di gandeng Crystal. Dia benar-benar tidak senang dengan raut wajah Felix, dia pasti mengetahui sesuatu dan mempunyai rencana licik tentang itu.
Perjalanan ke klinik gigi tempat dokter Gideon praktek hanya 1/2 jam, syukurlah jalanan lancar dan tidak macet. Crystal memarkir mobilnya di parkiran dan mereka turun. Crystal mendaftar lalu mereka naik ke lantai 2 tempat poli gigi berada.
Suster langsung mengantar masuk ke ruangan praktek dokter Gideon, yang sudah menangani kesehatan gigi nenek selama 10 tahun ini. Dokter Gideon menyambut mereka dengan ramah.
" Selamat siang Ibu Yolanda, sudah 6 bulan sejak pertemuan terakhir ya, apa ada keluhan pada giginya?"
" Selamat siang dok, ini di geraham belakang, kalau buat ngunyah agak sedikit ngilu." Keluh Yolanda.
Dokter Gideon kemudian mempersilakan Yolanda untuk duduk di dental chair untuk melakukan pemeriksaan. Ponsel Crystal berbunyi, ternyata dari Olive.
" Maaf oma, ini sepertinya tentang kerjaan, aku terima di luar aza biar tidak mengganggu ya." Kata Crystal.
" Iya Crys, urus aza kerjaanmu dulu. Ga usa buru-buru, oma pasti lama ya dok?" Tanya Yolanda sambil meringis.
" Hmmm, coba kita periksa dulu ya. Sus, lampu." Dokter Gideon memberi tanda kepada susternya.