Yolanda mengurung diri di kamar selama beberapa hari. Makanan yang di antarkan ke kamarnya tidak di habiskannya. Yolanda juga menolak ketika Hendrik mau memanggil dokter untuk memeriksanya. Crystal menengok neneknya beberapa kali di kamarnya, dan dilihatnya mata neneknya sembab dan Crystal merasa khawatir sekali.
" Oma, biarkan dokter datang memeriksamu, oma kelihatan tidak sehat." Kata Crystal sambil duduk di sebelah neneknya.
" Oma tidak apa-apa sayang, hanya masuk angin. Istirahat nanti juga akan sembuh." Suara Yolanda terdengar serak.
Hendrik tau ibunya baru mengunjungi makam kakaknya, tiap tahun di hari ulang tahun Henry, Yolanda akan ziarah ke makamnya. Kalau Hendrik sedang sempat, dia kadang menemani ibunya, tapi kemarin dia sedang meeting penting dengan supplier sehingga tidak mungkin meninggalkan kantor.
" Ibu hanya sedih karna teringat Henry, kamu terus pantau keadaannya dan atur makanan yang di antar ke kamarnya." Pesan Hendrik kepada Melissa saat sarapan.
Melissa sudah memutuskan tidak akan mencari masalah dengan Hendrik, semakin dia marah, suaminya hanya akan semakin tidak betah dengannya. Dan belajar dari pengalaman sebelumnya, Hendrik tidak akan bertahan lama dengan wanita-wanita itu, mereka hanya pengisi saat Hendrik merasa bosan.
" Aku juga sudah memesan soup herbal untuk ibu, nanti aku akan mengantarnya sendiri untuk memastikan ibu memakannya." Kata Melissa.
Hendrik mengangguk dan meneguk kopi hitamnya, tepat saat Gyana melangkah masuk ruang makan dan duduk di kursi sebelah ibunya, tampak masih mengantuk. Hendrik mengerutkan kening melihat putrinya.
" Semalam pulang jam berapa kamu? Ini sudah jam 9 lewat dan wajahmu masih kusut begitu." Hendrik bertanya dengan nada tidak senang.
" Jam 12-an pa, semalam ada reuni dengan teman Sma dulu." Gyana menjawab sambil menggigit roti bakarnya.
" Kapan hari aku ke Baswara Mall dan kamu bahkan belum ada di kantor. Kudengar kalian sedang mengejar proyek Korean Corner, kuharap kamu bisa mengawasi dengan baik, karna itu akan membantu meningkatkan kinerja mall." Sahut Hendrik.
Gyana makan dengan diam, tidak menjawab ayahnya. Dia ingat hari itu seharusnya ada meeting tapi kepalanya terlalu sakit untuk bangun, malam sebelumnya dia minum kebanyakan di pesta bridal shower temannya, Jilly.
Melissa melirik Gyana, dia tau Hendrik tidak begitu senang dengan kelakukan Gyana tapi Melissa pun merasa Gyana sudah keterlaluan. Tiap malam pulang dini hari dan tiap kali dinasihati, hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
" Kamu harus mencontoh dari Crystal bagaimana kerja yang ulet itu. Kata Firda, Korean corner ini buah pemikirannya dan tim-nya bekerja keras untuk menyukseskannya. Kalau sukses, itu bisa menyelamatkan mukamu saat Rups." Hendrik berkata sambil berdiri.
Sepeninggal Hendrik, Melissa langsung berbicara serius dengan Gyana yang wajahnya muram sekali. Sudah 2 cangkir kopi yang diteguknya. Cocktail semalam benar-benar keras.
" Gya, dengar apa kata papa. Kalau kamu tidak serius mengurus perusahaan, kamu bisa menghadapi masalah saat rups nanti. Kinerja mall menurun drastis sejak adanya Aries-Starmall."
" Proyek Korean corner kami bagus sekali ma, aku yakin pasti bisa menaikkan lagi performa mall. Aku tidak suka papa mulai membandingkan aku dengan Crystal." Ujar Gyana kesal.
" Karna kelakuanmu sendiri Gya, apakah kamu sudah menengok nenek? Crystal bahkan menyuapi nenek makan semalam." Melissa memandang putrinya dengan putus asa.
" Jangan sebut Crystal lagi ma, bikin moodku jadi jelek aza. Oya, kurasa mama kenal Jeany dan Sharon Ariesone." Gyana lalu menceritakan pertemuannya dengan Jeany dan Sharon di butik.
Gyana kebetulan bertemu dengan Jeany lagi saat makan siang kemarin. Gyana bersama teman-temannya, begitu pula Jeany. Gyana diundang oleh Jeany untuk bergabung dengannya, dan dari keramahan serta arah pembicaraan Jeany, Gyana merasa dan yakin bahwa Jeany hendak menjodohkannya dengan putranya Oscar Ariesone.
Melissa terkejut tapi merasa senang, dia bisa melihat mata Gyana yang berbinar-binar ketika menyebut nama Oscar Ariesone. Walaupun belum mengenal Oscar tapi dia mempercayai penilaian Gyana, apalagi siapa yang tidak mengenal keluarga Ariesone dengan Ariesone corp-nya?
" Aku akan menyampaikan kepada papamu, mungkin dia bisa mengatur jamuan dan mengundang keluarga Ariesone." Kata Melissa sambil tersenyum.
Mood Gyana langsung membaik, dia menghabiskan sarapannya, kemudian bersiap berangkat ke kantor.