Salju Terakhir

Liliyanti
Chapter #17

Pertengkaran

Crystal merasa sedih ketika mendengar bahwa Victor di pecat, dia menyangka setidaknya Gyana mempertimbangkan pihak korban yang terus melakukan provokasi. Kejadian di ruangan Gyana, di mana Victor melempar uang kepada Gyana juga menjadi bahan pembicaraan semua orang, rata-rata kecewa terhadap keputusan Gyana.

Makan malam itu menjadi ajang luapan kemarahan Gyana kepada Victor, dia tidak terima Victor melempar amplop uang pesangon yang diberikannya.

" Bayangkan, di saat mall lagi rame-ramenya, reputasi kita bisa jatuh kalau karyawan seenaknya memukul customer. Papa harus memperingatkan paman Felix untuk ini." Kata Gyana berapi-api.

" Sudah kuduga dari awal, Victor pasti akan bikin masalah, baru beberapa bulan sudah terbukti." Sambung Melissa.

" Kalau Felix mencariku lagi, aku tidak akan segan-segan lagi padanya, sudah di kasi kesempatan tapi anaknya masih tidak tau berterimakasih. Ibu juga kalau Felix ada mencarimu, jangan dihiraukan lagi." Kata Hendrik kepada Yolanda.

" Maaf kalau aku ikut bicara pa, kedua customer itu memang dari awal sudah hendak mencari masalah, ketika di minta pergi baik-baik, mereka tetap bertahan bahkan mulai mengata-ngatai ibu Victor, itu yang memicu pemukulan." Crystal tidak bisa menahan diri untuk ikut bicara soal kejadian tadi.

" Jadi maksudmu aku harus menganggap kejadian itu tidak pernah terjadi dan menganugerahkan Victor lencana karyawan teladan, begitu Crys???" Sindir Gyana.

" Bukan begitu maksudku, Victor tetap harus dihukum, tapi mungkin dengan memberikan surat peringatan dan di skor. Karna customer pun seharusnya bisa menghargai dan menghormati karyawan, jangan karna customer adalah raja, mereka bisa semena-mena terhadap karyawan." Papar Crystal panjang lebar.

Yolanda menatap Crystal dengan tercengang, begitupula Hendrik dan Melissa. Crystal tidak pernah sengotot itu untuk kepentingannya sendiri, akan tetapi untuk membela seseorang yang dianggapnya diperlakukan secara tidak adil, dia bahkan membantah Gyana secara langsung.

" Kamu tau apa??? Kamu tidak punya pengalaman mengurusi karyawan!!" Tukas Gyana emosi.

" Aku adalah karyawan itu sendiri, dan semua karyawan lain juga berpikir sama. Mereka sekarang berpikir seandainya kelak ada kejadian yang sama seperti hari ini, dan mereka melawan juga seperti Victor, mereka tau konsekuensi adalah dipecat. Jadi apakah demi pekerjaan, mereka harus kehilangan harga diri dan martabat?" Crystal walaupun berkata dengan nada tegas, tapi dia sangat tenang.

Yolanda seperti melihat Henry yang sedang berbicara, dan Gyana yang meledak-ledak persis ayahnya, Hendrik. Bukan hanya Yolanda, Hendrik pun langsung menyadari betapa karakter Crystal mirip sekali dengan Henry. Melihat Gyana, dia merasa malu sendiri.

" Sok tau kamu Crystal, baru kerja berapa lama uda sombong ya? Hanya karna idemu tentang Korean corner sialan itu sukses, kamu ngerasa lebih pintar dariku ya????? Kamu itu harus bersyukur diadopsi orangtuaku, tidak berakhir di panti asuhan!!!!!!" Gyana yang emosi tidak bisa mengontrol kata-katanya.

Brak..................Yolanda memukul meja makan dengan keras, piring sampai jatuh pecah, tapi tak seorang asisten pun yang berani datang membereskan. Suara teriakan Gyana pasti terdengar sampai dapur. Wajah Crystal pucat pasi, Hendrik dan Melissa bahkan kelihatan shock, Gyana berdiri dengan nafas memburu.

" Aku tidak heran kalau Victor melempar amplop itu ke wajahmu Gyana, kamu beruntung Crystal tidak melempar piring ke wajahmu seperti Victor. Kamu telah menunjukkan kualitasmu sebagai seorang pemimpin." Kata-kata Yolanda setajam silet.

Hendrik langsung berdiri, dan memerintahkan Crystal serta Gyana ke kamar masing-masing untuk mendinginkan kepala, Melissa segera bangun untuk menemani Gyana, meninggalkan Hendrik dan Yolanda.

" Dengan mulut kasarnya, Gyana suatu saat akan dapat masalah besar." Kata Yolanda langsung.

" Anak itu masih belum bisa mengontrol emosinya dengan baik. Crystal seharusnya tidak ikut campur urusan ini." Ucap Hendrik.

" Apa yang dikatakan Crystal itu benar Hendrik, kamu tau itu. Kalau Gyana memperlakukan karyawan sesuka hatinya, dia akan kehilangan hormat dan loyalitas dari karyawan." Yolanda tidak senang Hendrik menyalahkan Crystal.

" Ya, aku tau, aku akan bicara dengannya nanti." Kata Hendrik.

" Suruh dia minta maaf kepada Crystal atas kata-katanya barusan, Hendrik. Dan jangan pernah sekali lagi aku mendengar kata seperti itu keluar dari mulutnya." Yolanda berkata sambil berdiri, dipanggilnya Winda untuk membersihkan pecahan kaca.

Di kamarnya, Gyana menangis karna kesal akan Crystal yang berani menguliahinya dan neneknya yang memarahinya. Melissa duduk di sebelahnya sambil menenangkannya.

" Mama seharusnya menentang papa untuk mengadopsi anak, lihatlah apa yang terjadi sekarang? Kebaikan kalian menjadi bumerang bagiku. Kurasa oma lebih membela Crystal daripada aku." Gyana menyalahkan orangtuanya, Melissa tidak tau harus menjawab apa.

" Masih juga kamu mengungkit soal ini Gyana?" Suara Hendrik mengagetkan mereka.

" Ini tidak ada hubungannya dengan soal adopsi Crystal, ini masalah keputusanmu yang memang salah!" Hendrik memberi tekanan pada nada suaranya.

" Kamu membenci Victor, itulah sebabnya kamu tidak berpikir jernih. Seharusnya Hrd memberi surat peringatan dan memotong gajinya untuk mengganti biaya perawatan. Dengan memecatnya, kau kehilangan kepercayaan karyawanmu kepadamu." Hendrik berkata tanpa memberikan Gyana kesempatan membantahnya.

Gyana menutup kepalanya dengan bantal dan menangis terisak isak, tidak disangkanya ayahnya juga memarahinya, hanya ibunya yang terus membujuknya.

Lihat selengkapnya