Salju Terakhir

Liliyanti
Chapter #20

Flashback

Melissa menggenggam tangan Gyana erat-erat, membayangkan bagaimana perasaannya kalau Gyana yang saat ini terbaring di dalam ICU dan bukannya Crystal. Crystal sedang mengalami masa kritis saat ini.

Crystal kehilangan darah sangat banyak, tusukan pisau itu mengenai paru-parunya. Dokter memasang tabung dada untuk mengeluarkan udara dari paru-parunya. Sekarang mereka semua hanya bisa menunggu Crystal sadar.

Yolanda sudah diantar pulang untuk menenangkan diri. Kondisi mentalnya yang drop ditakutkan akan menyebabkan penurunan daya fisiknya. Melissa berjanji akan mengabarinya kalau ada perkembangan.

" Tidak kusangka begitu bencinya Victor kepadaku, sehingga merencanakan penusukan ini." Kata Gyana tidak habis pikir.

" Jalannya sudah tertutup sehingga dia gelap mata, ini pelajaran buatmu untuk menjaga tutur katamu." Ujar Melissa.

Hendrik sedang berbicara dengan Joseph yang datang ke rumah sakit untuk menemuinya. Dia bertemu dengan Felix yang menemui Victor di kantor polisi.

Victor mengakui perbuatannya, akan tetapi tujuannya adalah Gyana, bukan Crystal karna dia sakit hati akan kata-kata Gyana, dan menyebabkannya susah mendapatkan pekerjaan. Victor menyesali perbuatannya karna menyebabkan nyawa Crystal dalam bahaya sekarang.

" Penyidik sekarang menunggu perkembangan Crystal, aku sudah mengatur agar tidak ada pemeriksaan kesaksian dari ibu Yolanda." Kata Joseph.

" Ibu tidak akan tahan, melihat Crystal ditusuk di depan matanya membuatnya trauma. Dokter memberikannya obat penenang, aku sudah memastikan Vinna menemaninya malam ini." Sahut Hendrik.

" Soal pers sudah beres, berita penusukan yang muncul hanya singkat dan memakai inisial, tanpa menyebutkan nama. Kamu pulanglah Joseph, semua yang bisa dilakukan sudah dilakukan." Kata Hendrik pada Joseph.

Hendrik menemui Melissa dan Gyana yang duduk di depan ruangan ICU, mereka hanya bisa melihat Crystal dari kaca luar. Melissa segera berdiri begitu melihat Hendrik.

" Semua sudah dibereskan, sekarang hanya tinggal menunggu Crystal sadar. Apa kata dokter?" Tanya Hendrik sambil melihat ke dalam ruang ICU.

" Oscar Ariesone sedang berbicara dengan dokter, nah itu dia." Melissa berkata dengan kaku.

Oscar berjalan tergesa-gesa keluar dari ruangan dokter, langsung ke arah ICU. Dia melihat Hendrik dan menghampirinya.

Pandangannya terhadap Hendrik sudah berbeda, sejak mendengar cerita Daniel, hanya aza sekarang bukan waktunya membahas masalah itu, yang terpenting adalah keselamatan Crystal saat ini.

" Aku akan menjaga di sini om, kata dokter kalau Crystal bisa melewati malam ini, maka dia akan baik-baik aza. Tabung dadanya akan membantu mengeluarkan udara, supaya paru-parunya bisa mengembang." Oscar menyampaikan apa yang dijelaskan oleh Dokter.

" Baiklah, kalau begitu kami akan pulang beristirahat dulu. Besok pagi kami akan datang menggantikanmu. Kalau ada apa kamu bisa langsung menelponku." Ucap Hendrik.

Melissa dan Gyana langsung mengikuti langkah Hendrik tanpa mengatakan apa-apa kepada Oscar. Kembali melihat Crystal dari luar, Oscar merasa bersedih untuknya. Seharusnya Crystal saat ini sedang berbahagia, mengetahui tentang orangtua kandungnya.

Memang kisah lalu menyedihkan, akan tetapi Crystal bisa memulai dari awal bersama ibunya. Oscar berusaha menekan kekhawatirannya dan tidak membiarkannya menguasainya, supaya dia bisa tetap tenang. Oscar duduk bersandar di kursi depan ICU.

.

.

Crystal merasa matanya sangat berat, dia merasa ingin tidur terus. Nafasnya sudah nyaman walaupun rongga dadanya masih nyeri. Samar-samar dia mendengar lantunan nyanyian pengantar tidur.

Siapa yang bernyanyi? Suaranya merdu tapi terasa kesedihan di dalamnya. Crystal merasa seseorang mendekapnya, tangan hangat dan dada yang melindunginya membuatnya nyaman dan semakin mengantuk.

Crystal sedang tertidur nyenyak ketika dia merasa pipinya terkena tetesan air, suara yang menyanyi tadi sekarang memanggil namanya dengan pilu. Crystal menyadari tetesan air itu adalah air mata.

Air mata yang membanjiri wajahnya, masuk ke hidung dan mulutnya sampai ke telinganya. Crystal megap-megap kehilangan nafas sambil berusaha bangun agar air mata itu tidak memasuki hidung, mulut dan telinganya lagi.

" Akhirnya anda sudah sadar nona Crystal." Suara perawat terdengar di telinganya.

Tidak lama kemudian, dokter dan 2 orang perawat datang dan memeriksanya. Crystal masih belum bisa berbicara, tapi kesadarannya sudah makin pulih. Dia ingat ditusuk oleh seseorang di pemakaman.

Dia ingin bertanya tentang neneknya tapi suaranya tidak keluar, tenggorokannya kering dan sakit. Untunglah seorang perawat menyodorkan padanya minuman memakai sedotan, dan Crystal mulai minum dengan rakus, dia kehausan.

Setelah menghabiskan minumannya, tenggorokan Crystal terasa enak dan dia mulai mencoba berdehem kecil. Dokter bertanya tentang nafasnya apakah masih terasa sesak dan berat, Crystal mencoba menarik nafas dalam-dalam.

" Sedikit nyeri tapi tidak sesak." Suara Crystal terdengar serak.

" Itu mungkin nyeri bekas tusukan, nanti perawat akan memberimu antibiotik." Kata dokter Heru, Crystal membaca nama di name tag-nya.

" Bagaimana keadaan nenekku? Yang bersamaku saat--- saat kejadian." Tanya Crystal dengan cemas.

" Nenekmu tidak terluka sama sekali Crystal, hanya shock dan trauma tapi tidak terluka. Kemarin dia datang menjengukmu." Jawab Dokter Heru dengan ramah.

Beberapa perawat kemudian memindahkan Crystal ke ranjang dorong, mereka akan memindahkannya dari ICU ke ruang perawatan. Crystal yang berbaring saat di dorong sekilas melihat Felix Baswara, dan bertanya-tanya apakah tidak ada keluarganya yang menemaninya selama ini? Oscar, bagaimana dengan dia??

Crystal di rawat di kamar super vip, kamar yang luas sekali dengan ruangan tidur pasien, ruang duduk dan dapur. Ranjang untuk keluarga yang berjaga juga ada. Perawat mengatur posisi Crystal dengan baik, dan Crystal tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

" Maaf sus, apakah tidak ada keluargaku saat ini? Tidak adakah yang menungguiku dari kemarin?" Crystal takut mendengar jawabannya.

" Dokter sudah menghubungi keluarga anda, setiap hari ada seorang pria tinggi yang menunggu di kursi depan ICU, dia biasa bergantian dengan salah satu keluarga anda." Jawab Suster Maya sambil menyelimuti kaki Crystal.

" Tapi hari ini dia belum datang ya?" Tanya Crystal lagi.

" Belum kelihatan dari tadi, mungkin agak siang. Karna tidak ada yang bisa memperkirakan kapan anda sadar, sementara tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan ICU." Kata suster Maya.

" Aku tidak sadar berapa hari? Ini hari apa?" Crystal merasa bingung.

" Hari Selasa, setelah melewati kritis di Sabtu malam, anda mengalami demam tinggi, jadi ditidurkan sambil tubuh memulihkan diri dan anda siap untuk bangun." Suster Maya menoleh ketika mendengar ketukan dan seseorang berjalan masuk.

Lihat selengkapnya