Turun-temurun
Malam minggu.
Sebuah kata terlarang untuk para jomblo. Apalagi jomblo yang temannya sedikit seperti Kala. Mau tidak mau dia harus menghabiskan malam minggunya di rumah. Menonton Vantage Point1 di Trans TV untuk yang kesekian kalinya. Sungguh aktivitas malam minggu yang sangat bermanfaat.
“Kamu belom punya pacar juga, Kal?”
Tiwi memang paling bahagia jika menambah cipratan jeruk nipis di atas penderitaan anaknya.
“Udah deh, Ma. Kala lagi nggak pengen punya pacar.”
“Mama aja malem mingguan sama pacar. Tuh ... dibikinin bakwan lagi.” Tiwi menunjuk Surya yang sedang sibuk di dapur.
“Ya ... Mama kan udah nikah. Nggak malem minggu juga pasti sama Papa.”
“Nah, emang kamu nggak pengen kaya gitu? Nikah, gih.”
Kenapa sih, Ma, harus banget mancing? Mancing emosi.
Surya datang dengan sepiring bakwan, dan sepiring pisang goreng lengkap dengan gula bubuk. Fancy.
“Papa mau ngomong sama Kala.” Ujar Surya setelah tiga buah bakwan masuk ke perutnya. “Papa rasa, udah waktunya kamu ngurus Cerita Kopi.”
“Sekarang kan aku juga ikut ngurusin, Pa.” Mata Kala fokus menonton Dennis Quaid yang kaget dengan tembakan di the Plaza Mayor, Spanyol.
“Maksud Papa, kamu yang ngelola semuanya di Cerita Kopi. Ngobrol sama tamu, cari tahu apa yang mereka butuhin, mutusin perlu dibantu atau nggak, bikin ramuan yang pas buat mereka. Gantiin kerjaan Papa.”
Kala diam.
“Kamu kan udah 25. Sama kaya umur Papa, waktu dulu Mbah Kakung ngasih Cerita Kopi ke Papa. Jadi sekarang udah saatnya.”
“Karena aku baru 25 jadi aku ngerasa belom bisa. Aku baru empat tahunan kerja full time di sana. Empat tahun belom ada apa-apanya, Pa.”
“Kamu nggak mau? Cuma kamu lho yang bisa nerusin Cerita Kopi. Papa nggak bisa ngasih ini ke orang lain.”
“Mau. Aku mau banget nerusin Cerita Kopi. Tapi nggak sekarang. Mungkin tiga tahun lagi. Aku masih harus belajar, Pa.”
“Papa tahu kamu nggak bisa, makanya Papa juga nggak langsung ngelepas kamu gitu aja. Nanti Papa masih bimbing kamu. Gimana?”
“ ... ” Adegan ledakan dari sudut pandang Forest Whitaker di TV, terlihat tidak menarik lagi bagi Kala.
“Kalaaa!” Terdengar suara ketukan. Tanpa menjawab pertanyaan Surya, Kala beranjak untuk membuka pintu.
Mie Instant Goreng
“Ramaaa, bikinin mie goreng, dong!” Binar merebahkan badannya ke tempat tidur Kala.
“Ini kan rumah Kala, kenapa gue juga yang bikin?”
“Halah, lo aja pernah ikutan Tante Tiwi bikin gule kambing.”
“Gue juga mau ya, Ram.” Kala tersenyum lebar.
“Telor gue setengah mateng.”
“Telor abis, dipake Bokap bikin bakwan.”
“Ya udah, mie gue double.”
“Bacot nih cewek-cewek.” Rama melempar tasnya ke perut Binar dan beranjak keluar kamar.