Cerita Kopi

Annisa Diandari Putri
Chapter #7

Kenangan

Butiran Debu

Jarum jam baru bergerak ke angka sembilan, saat pintu kamar Kala terbuka. Walaupun sudah tiga hari beristirahat, badannya masih belum juga pulih. Kala membuka matanya dengan malas. Setengah wajahnya masih bersembunyi di bawah selimut.

“Bebih, sakit apa?” Rama mendekati Kala dan membuka selimut yang menutupi wajahnya.

“Sakit hati mimpi gue sama Nicholas Saputra ilang, gara-gara lo masuk!” Tangan Kala mendarat tepat di lengan Rama.

“Udah sembuh nih, Bi.”

“Anak-anak udah pada sarapan belom?” Kepala Tiwi muncul di depan pintu kamar Kala.

Rama mengangkat plastik hitam di tangannya. “Ini kita bawa mie ayam buat Kala juga, Tante.”

“Nanti siang makan di sini ya. Binar nggak usah beli apa-apa. Tante mau bikin soto lamongan pake koya. Kala mau makan mie ayam, apa Mama beliin bubur?”

Dengan malas Kala mengangkat badannya. Jika keadaan kamarnya sudah seperti ini, mau tidak mau dia harus bangun dari tempat tidur.

“Mie ayam aja, Ma.” Ucap Kala lirih.

Tiwi lalu menutup pintu, meninggalkan mereka bertiga.

“Kangen banget gue sama Tante Tiwi.” Binar mengambil styrofoam yang diikat dengan karet merah. “Punya gue yang nggak pake sawi.”

“Ni abang mie ayam buka jam berapa?”

Dengan mulut penuh, Binar menjawab. “Jam tujuh juga udah buka, Kal. Apalagi kalo weekend gini ngantrinya ... rame banget!”

“Lo nunggu di mobil aja protes, Bi.”

“Sakit apa sih lo, Kal? Tante Tiwi cuma bilang demam doang.”

“Nggak tahu. Kecapekan kali.” Kala menyuap mie ayam yang dibawa Rama.

Sesuatu seperti kilasan muncul di kepalanya. Kala refleks menutup matanya. Laki-laki tanpa wajah di mimpinya beberapa hari lalu, muncul kembali. Sekarang dia terlihat sedang bermain basket di suatu tempat. Kala mengerakkan kepalanya untuk mengusir bayangan itu.

“Lo kenapa? Pusing?”

“Nggak apa-apa.”

“Jangan-jangan, lo sakit gara-gara pake kemampuan lo buat ngelayanin customer, ya? Energi lo kekuras habis. Terus lo lemah, letih, lesu. Sampe lo terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi ...”

Tiba-tiba Binar dan Rama bernyanyi dalam suara satu dan suara lima.

“Aku tenggelam dalam lautan luka dalam ... Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang ... Aku tanpamu butiran debu1 ...”

Sungguh suara yang tidak singkron. Lalu mereka berdua tertawa.

Tuhan, mengapa teman-temanku seperti ini?

“Ya ... nggak lah. Ini kan bukan pertama kalinya gue ngelakuin itu.”

“Tapi emang lo yakin banget kemampuan lo itu works? Maksud gue, yang lo liat itu 100% bener?”

“Yang ngasih tahu kalo cewek yang lo temuin dari Tinder itu udah punya suami, siapa?”

“Elu sih.” Jawab Rama pasrah.

“Yang nyuruh Binar nolak kerjaan brand gede itu siapa? Yang ternyata boss-nya ada masalah sama KPK 2.”

“Ish ... Untung banget tuh gue nggak ngambil kerjaannya. Pada nggak dibayar tuh gara-gara boss-nya ketangkep. Mana sampe masuk TV lagi.”

Lihat selengkapnya