Titik Terang
Kala duduk di meja dekat barista. Kukunya mengetuk-ngetuk meja. Pencariannya tidak berhasil. Apa sebaiknya dia mencoba cara lain? Sepertinya Kala harus mencari tahu dulu siapa laki-laki itu. Memang susah mencari orang jika tidak mengetahui wajahnya seperti apa.
Notes di HP-nya penuh dengan ciri-ciri yang dia tahu sampai sekarang. Sayangnya kilasan di kepalanya hanya berupa gambar, tidak ada suara atau apa pun yang bisa memberikan petunjuk lebih banyak.
Selain tempat-tempat yang sudah dia datangi, laki-laki itu pernah “terlihat” masuk ke "Cerita Kopi". Oleh karena itu, sejak minggu lalu Kala memperhatikan semua orang yang datang ke "Cerita Kopi". Tapi tidak ada yang sesuai bahkan mendekati laki-laki di mimpinya. Pusing berfikir, Kala meneguk iced americano-nya.
Sesekali Kala melihat ke arah barista yang sedang bercakap-cakap dengan customer yang datang untuk mengambil kopinya. Beberapa customer terlihat mengobrol lebih lama dari yang lain. Seketika terlintas sebuah ide.
“Yud, lo udah berapa lama kerja di sini?” Tanya Kala.
“Hmmm ... dua tahunan.”
“Lo juga ya, Cha?”
“Gue satu setengah tahun.”
“Kalo gitu, lo berdua kenal dong sama regular customer.”
“Ya ... lumayan sih. Kalo emang sering kesini biasanya hafal muka. Emang kenapa?”
Kala lalu pindah duduk ke bar stool. Tidak lupa membawa gelas kopinya.
“Jadi ...” Dia menyiapkan alasan supaya tidak mencurigakan. “Waktu itu Binar pernah liat cowok di sini, katanya sih cakep. Tapi cuma sempet liat-liatan aja.”
“Orangnya kaya apa?”