Cerita Kopi

Annisa Diandari Putri
Chapter #15

Is It A Date?

 Toko Buku Bekas

“Beneran nggak, dia bakal ke sini?”

“Harusnya gitu.”

Perempuan SMA yang kemarin datang memberi Kala ide. Masuk ke dunianya Naresh. Mencari tahu apa yang dia suka.

Tadi pagi saat bertemu Rama di kos-annya, Kala memberikan ide untuk pergi ke toko buku bekas ini. Dia pernah mendapatkan bayangan tentang Naresh dan tempat ini. Walaupun Kala juga tidak mengetahui kios mana tepatnya Naresh akan muncul, tapi dia mendapatkan sedikit petunjuk. Sebuah kios di pojok basement Blok M Square, dengan bapak-bapak yang memakai topi flat cap duduk di dalamnya.

“Kenapa lo yakin banget dia datengnya hari Minggu?”

“Di dinding tokonya ada kalender yang dirobek tiap hari itu, sama jam gede banget. Hari minggu, tanggal merah, sekitar jam segini lah.”

“Lo yakin itu pagi? Bisa jadi malem?”

“Siapa yang ke Blok M Square jam setengah dua belas malem, Rama?!”

“Ya ... kan siapa tahu, Kal.

Gue udah lama banget nggak ke tempat kaya gini. Terakhir pas nyari buku-buku jaman kuliah.”

“Lo nggak mau nyari apa gitu sekalian? Apa kek buat adek lo. Bukannya dia suka komik?” Tanya Kala sambil menyusuri kios demi kios.

“Dulu. Sekarang dia lebih suka main sama temennya.”

“Adek lo udah lulus belom sih?”

“Itu bukannya Naresh, Kal?” Rama menunjuk seorang laki-laki yang keluar dari lorong di depan mereka.

Naresh berjalan menuju salah satu kios dan menyapa pemiliknya. Mereka terlihat akrab.

“Kenapa gue berasa lagi di AADC ya? Kaya familiar gitu rasanya.”

Familiar, pala lo ... Emang lo Rangga?”

“Gue lebih mirip Limbong sih. Gito Rollies.”

“Kalo gue samperin, gue bilang apa ke Naresh?”

“Nyari apaan, kek. Komik, novel, buku resep, nyari jodoh, terserah lo.”

“Tapi gue deg-degan ... Kita pulang aja lah.” Jantung Kala seperti akan keluar dari cangkangnya.

“Ya elah, kalo gitu ngapain kita ke sini, Mbak Kala? Mending gue tidur di rumah.”

“Jangan ngomel dong. Lo makin lama makin mirip Binar.”

“Kata orang kalo jodoh emang mirip, Kal.”

Kala menarik tangan Rama dan berjalan ke arah Naresh. Saat mereka jarak mereka hanya tersisa sepuluh langkah, Naresh membalikkan badannya.

“Kala! Lagi nyari apa ke sini?”

Kaget dengan sapaan Naresh, Kala hanya tersenyum canggung.

“Lagiii ...” Kala menyenggol Rama dengan sikunya.

Rencana awal mereka adalah Kala pura-pura melihat-lihat buku, setelah itu baru sok-sokan menyapa. Jika ditodong seperti ini otaknya mendadak nge-blank.

“Nyariii ...”

“Aku-nya Sjuman Djaya.”

“Hah?” Kala kaget dengan jawaban Rama. “AADC banget?”

“Abis apa lagi, gue juga nggak tahu.” Bisik Rama.

“Bukunya Rangga?”

“Semalem kita abis nonton AADC di Netflix, terus iseng aja nyari.”

“Ada, bukunya, Kang?” Tanya Naresh ke laki-laki di sebelahnya.

“Banyak yang cari. Ngan ayeuna kosong keneh euy, teu aya ti dituna1. Di sini nggak ada yang punya bukunya lagi.”

Lihat selengkapnya