Situasi Terkini
Kejadian seminggu lalu masih membuat Kala patah hati. Tidak ada lagi gelang warna warni di tangannya. Hubungannya dengan Surya yang memang tidak dekat sekarang semakin menjauh. Kala tetap menjalankan tugasnya di “Cerita Kopi” dan menerima customer, tapi tidak satu kali pun dia melihat atau berbicara dengan Surya. Jika sangat harus menyakan sesuatu ke Surya, Kala memilih menyampaikan lewat Tiwi atau Whatsapp, bahkan jika berada di satu ruangan yang sama.
Dan sampai detik ini, Kala masih menunggu permintaan maaf dari Surya, tapi tidak ada omongan sama sekali. Tidak. Sama. Sekali. Tidak dalam bahasa Inggris. Tidak dalam bahasa Indonesia. Tidak juga dalam bahasa Jawa krama inggil. Padahal waktu Kala kecil, dia selalu diajarkan orangtuanya untuk berterima kasih jika diberi sesuatu dan meminta maaf jika salah. Tapi Papanya sendiri tidak melakukan apa yang dia ajarkan.
Malam telah larut, saatnya “Cerita Kopi” menyudahi harinya.
“Kal, Mama naik duluan. Kamu makan malem di rumah kan?” Ucap Tiwi setelah selesai menghitung uang di mesin kasir.
“Mama masak apa?” Kala menjawab sambil menaikkan kursi ke atas meja.
“Ayam goreng tepung sama cah kangkung.”
“Oke.”
“Mama siapin dulu makanannya. Nanti ajak Papa naik.” Tiwi menunjuk Surya yang masih sibuk menghitung barang-barang di depan gudang.
“Surya, lanjutin besok aja! Udah jam segini.” Teriak Tiwi.
“Tanggung, Wi.”
“Tapi kalo makanannya udah siap, kamu sama Kala harus naik ya.”
Surya melihat Kala yang sedang membersihkan meja di sofa area, lalu menjawab Tiwi dengan anggukan.
Tiga puluh menit kemudian, Surya menyelesaikan pekerjaannya. Dia mengecek sekali lagi deretan angka di bukunya sebelum berdiri dan meluruskan punggungnya.
“Mbak Kala, ayo ...” Ucapannya terhenti.
Tidak ada orang di sama. “Cerita Kopi” telah kosong. Kala sepertinya sudah naik lebih dulu, ntah kapan, tanpa pamit. Mungkin dia yang tidak menyadari suara lonceng di atas pintu beberapa saat lalu, karena terlalu fokus dengan pekerjaannya. Sekarang dia sendirian. Surya berdiri di tempatnya, melihat betapa sepinya tempat ini.
Sampai di rumah, Kala sudah duduk di meja makan sedang menceritakan sesuatu kepada Tiwi. Makanan sudah terhidang lengkap.
“Papa udah pulang. Ayo, kita makan.” Ucap Tiwi.
Kala mengambil nasi, lalu kembali bercerita kepada Tiwi bagaimana serunya film yang dia tonton kemarin. Tanpa menoleh ke Surya sama sekali.
“Mbak, mau sekoteng?” Tanya Surya setelah makan malam.
Tidak menjawab, Kala membawa piring kotornya ke washtafel dan mencucinya. Setelah menghabiskan satu gelas air, Kala masuk ke kamar dan menguncinya.