Kado Ulang Tahun
Mereka mampir ke sebuah coffee shop di dekat tempat tadi. Selagi menunggu kentang goreng datang, Kala mengeluarkan sebuah kantong kertas dari tasnya.
“Ini buat lo. Selamat ulang tahun lagi ya.”
Naresh tertawa melihat sticker ikan di kantong tersebut.
“Ini masih satu tema sama ikan-ikan yang tadi?”
“Abis gue nggak tahu mau ngasih apa. GIGI belom ngeluarin album baru lagi sih. Buka dong, gue mau tahu lo suka atau nggak.”
“Oke.”
Sebuah kaus hitam tergeletak di dalamnya. Naresh mengangkat dan desain kaus itu membuatnya tertawa lagi.
“Ikan banget, Kal?” Tiga goldfish dalam bentuk karikatur disablon pada bagian depan kaus itu.
“Gue inget lo suka pake kaus yang gambarnya lucu-lucu gitu.”
“Iya, gue suka kok.”
“Nggak mahal sih, tapi bahannya bagus lho.”
Mata Naresh masih melihat kaus di tangannya.
“Nggak ada yang pernah ngajak gue ngeliat ikan kaya tadi, makasih ya. Gue suka banget. Sorry kalo tadi gue tiba-tiba curhat. Lo pasti kaget.”
“Kan gue udah bilang, kalo mau cerita gue siap buat dengerin. Kalo kebanyakan yang dipendem tuh nggak baik, Resh. Ikan aja kalo kebanyakan makan bisa berenang kebalik. Eh, bener kan ...”
Naresh membuka tutup botol air mineral dan meletakkannya di depan Kala.
“Restaurant tempat kita makan mie itu ... gue pernah ke sana sama keluarga gue. Tapi orangtua gue malah berantem, soalnya tiba-tiba Bokap mau pergi buat ketemu temennya. Nyokap ngerasa dia nggak pernah punya waktu buat keluarga, sekalinya disempetin makan bareng malah nggak betah."
Naresh tertawa sinis. Kala tidak mengerti apa arti tawa tersebut.
"Aneh banget. Sebelumnya kita lagi ngetawain kelakuan Kakak gue di sekolahnya, terus selang dua menit, kita ngeliat Bokap Nyokap berantem sampe diliatin orang-orang. Kenapa sih keluarga gue?”
Mendengar Naresh membicarakan keluarganya, Kala langsung mengambil kesempatan ini. Dia menyentuh tangan Naresh yang sedang menunduk dan Kala mulai melihat bayangan tentang keluarga Naresh.
Di Dalam Kepala Naresh
Bayangan pertama yang muncul adalah masa kecil Naresh yang bahagia bersama Kakak dan kedua orangtuanya. Tapi saat Naresh berseragam SMP, terlihat orangtuanya mulai bertengkar. Semakin lama, semakin sering dan semakin intens.
Terkadang Naresh dan Kakaknya tidur di kamar yang sama karena tidak kuat mendengar pertengkaran itu sendirian. Dan paginya terbangun dengan pemandangan rumah yang berantakan. Lalu mereka berusaha membereskannya satu persatu, sementara Ibunya tertidur di kamar. Dan kejadian itu terulang hampir setiap hari.
Satu malam, Naresh terlihat memeluk Kakaknya. Perempuan itu mengelus rambut Naresh dengan mata yang basah. Keesokan harinya Kakaknya menikah dan membawa barang-barangnya keluar dari rumah. Saat melepasnya di depan pintu, tidak ada ekspresi apa pun dari si Ayah.
Bayangan beralih ke Naresh yang pulang ke rumah sendirian. Tidak ada siapa-siapa di sana. Ibu lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar atau di depan TV. Tanpa berbicara banyak dengan Naresh. Mata Ibu lebih sering terlihat kosong. Dia akan tersenyum saat menonton TV, tapi sinar matanya tidak berubah. Sedangkan Ayah baru akan pulang kantor, setelah malam datang. Bahkan terkadang hampir pagi.
Sendiri ...
Sepi ...
Dingin ...
Takut ...