Cerita Kopi

Annisa Diandari Putri
Chapter #34

Sudah Selesai?

Nobar Bola ... Lagi

Tidak banyak customer tersisa di “Cerita Kopi”. Hari ini memang lebih sepi dari biasanya. Mungkin efek tanggal tua. Surya duduk di meja pojok dengan laptopnya, mengirim e-mail kepada beberapa supplier. Terdengar suara lonceng dari atas pintu masuk.

“Om, MU main hari ini. Aku udah bawa keripik singkong.” Rama mendatangi Surya sambil menunjukkan plastik di tangannya.

Surya melihat jam tangannya. “Wah, bentar lagi. Tapi Om belom beres-beres.”

“Sejam lagi tutup kan. Om. Sepi juga kayaknya. Lawan Liverpool nih.”

“Udah, pulang aja. Nanti aku sama anak-anak yang beres-beres.” Ucap Tiwi.

Surya mengangguk. Setelah membereskan laptopnya, dia berjalan ke rumah diikuti Rama.

Saat pemain mulai memasuki lapangan, Rama mengirim Whatsapp.

 

Ramadan Raditya      : Gue udah sama Bokap lo di rumah.

Kala Gianina              : Thank you, Ram.

                                    I owe you.

Ramadan Raditya      : Lo yakin, Kal?

Kala Gianina              : Harus yakin.

 

Sepuluh meter sebelum “Cerita Kopi”, Kala berdiri sambil memandang HP-nya. Setelah membaca Whatsapp dari Rama, dia menoleh ke Naresh di sampingnya.

“Mau ngopi bentar, nggak? Cobain kopi bikinan gue.”

“Boleh.”

Tiwi melihat ke arahnya saat mereka memasuki “Cerita Kopi”.

“Ma, aku pake ruangan belakang, ya. Aku mau bantuin Naresh.” Bisik Kala.

“Jangan, Kal. Nanti kalo Papa tahu gimana?”

“Sebentar aja. Nggak lama.”

“Kal ...”

Tanpa menghiraukan kata-kata Tiwi, Kala mengajak Naresh ke ruangan belakang. Tiwi hanya terdiam di tempatnya. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hanya berdoa semoga semua baik-baik saja.

 

Satu Cangkir Terakhir

Naresh memperhatikan ruangan putih ini baik-baik. Dia sadar tidak pernah menginjakkan kakinya di sini, tapi ... kenapa dia merasa ada sesuatu dengan tempat ini. Ada sesuatu yang familiar dengan meja, dan kursi ini. Padahal seingatnya dia hanya pernah melihat area ini dari luar.

“Ini nggak apa-apa, kita minum kopi di sini?”

“Santai. Kan lagi nggak ada Bokap.”

Kala menarik nafas panjang sebelum mulai berbicara.

“Resh, soal keluarga lo yang tadi lo ceritain ... Lo kan udah nyoba semua cara yang lo tahu, tapi masih nggak berhasil. Gimana kalo nyoba cara lain?”

Naresh mengerutkan keningnya.

“Tadi lo bilang yang penting orang tua lo bahagia kan?”

“Iya.”

Lihat selengkapnya