Rama Melaporkan
Satu customer di ruangan belakang baru saja pulang, tepat saat jam makan siang. Kala duduk di dekat Tiwi untuk memilih makanan di ojek online.
“Mama mau makan siang apa?”
“Apa aja. Pesenin Papa sekalian.”
“Mama request, dong ...”
HP-nya berbunyi saat dia belum memilih apa pun. Ramadan Raditya is calling.
“Apah?”
“Kal, Naresh tuh punya kakak kan? Kalo adek ada nggak?” Suara Rama terdengar terburu-buru, seperti habis dikejar anjing.
“Apaan sih, Ram? Tiba-tiba nanyain dia.”
“Ude jawab aja.”
“Nggak ada, dia anak terakhir.”
“Gue lagi makan siang sama temen kantor di mall. Terus gue liat Naresh lagi di Marugame sama cewek.”
Kala berjalan keluar dari "Cerita Kopi". Menjauh dari Tiwi yang pasti bertanya-tanya jika dia menyebut nama Naresh. Sudah hampir setahun sejak mereka terakhir bertemu, agak mengagetkan mendengar namanya lagi.
“Cewek?”
“Naresh pake baju kerja, cewek ini cuma pake kaos sama jogger pants. Udah pasti bukan temen kantor kan?”
“Ya ... nggak tahu gue. Emang temennya kali, cuma beda kantor.”
Dia memilih duduk di teras rumahnya. Tempat paling aman.
“Kita juga temen, Kal. Tapi emang gue sama lo pake elus-elus rambut?”
“Iya.”
“Eh ... iya juga sih. Tapi ini mah kayaknya bukan temen. Tatapannya beda. Gue bisa lah ngebedain cowok yang emang temenan, sama yang bukan cuma temen.”
Beberapa customer berdiri tidak jauh dari Kala, dengan rokok di tangannya sambil mengobrol. Sejak awal, Surya memberikan peraturan no smoking di dalam ruangan. Tapi peraturan tersebut tidak mengurangi jumlah pengunjung “Cerita Kopi”. Hanya tanggal tua yang bisa membuat jumlah pengunjung menjadi lebih sedikit.
“Ya udah sih, Ram.”
“Lo kan pernah ketemu temen-temennya Naresh, ada kali yang lo inget mukanya. Rambut panjang, pake poni, sawo matang, senyumnya manis, pake kacamata, tingginya sebahu Naresh.”
“Gue nggak tahu.”
“Jangan ngotot gitu dong jawabnya. Kan gue cuma ngasih tahu.”
“Gue nggak ngotot, ya!”
Suara Kala yang meninggi, membuat orang-orang yang sedang merokok melihat ke arahnya. Dia tersenyum basa basi dan menunjuk HP-nya.
“Lo bilang hidupnya berantakan. Ini gue liat dia ketawa-ketawa kaya nggak ada masalah hidup. Jangan-jangan dia boong sama lo. Gue samperin, ah. ”
“Ngapain sih, Ram?! Nggak usah lah. Dia aja nggak mau ketemu gue.”
“Tapi gue kan bukan lo. Siapa tahu dia masih mau ketemu gue. Lagian kayaknya tadi dia udah liat waktu gue lewat depan Marugame.”
“Tsk ... biarin aja lah, Ram. Nggak usah digangguin.”
“Tap ... Tapi, Kal ...”
“Nggak usah sok sinetron deh. Lagian kalo bener lagi PDKT, mereka juga nggak akan mau diganggu kali. Mending lo lanjut makan siang. Manjang-manjangin waktu istirahat aja lo.”
“Oke. Gue ngikut aja apa kata lo. Tapi kalo lo kangen ...”
Kala langsung mematikan sambungan telefonnya. Tidak menyerah, sebuah notification Whatsapp masuk ke HP Kala.