Cerita Papa dan Kenangannya

Wahyu Firmansyah
Chapter #3

Keuangan Membaik

Hari-hari kami mulai terasa berbeda. Kehidupan yang sebelumnya serba pas-pasan, kini perlahan mulai membaik. Warung kelontong milik Mama yang awalnya sepi kini semakin ramai. Mama punya lebih banyak langganan yang datang setiap hari, mulai dari tetangga sekitar sampai pedagang keliling yang membeli berbagai kebutuhan pokok. Setiap kali warung buka, selalu ada pelanggan yang mampir, baik untuk membeli sembako, camilan, atau peralatan rumah tangga sederhana.

Aku, Aprilia, dan Hairun takjub melihat perubahan ini. Kami mulai merasa lebih tenang, tidak lagi khawatir soal uang kontrakan yang habis atau kebutuhan sehari-hari yang semakin mahal. Mama semakin sibuk di warung, tapi wajahnya selalu terlihat bahagia.

Ayo, bantu Mama di warung,” kata Mama suatu hari, mengajakku untuk membantu melayani pelanggan.

Aku senang sekali bisa ikut membantu, meskipun kadang agak repot. Ada saja pelanggan yang membeli dalam jumlah besar, dan Mama butuh bantuan untuk mengangkat barang-barang atau menghitung total belanja. Di sisi lain, aku juga sedang mempersiapkan diri untuk ujian SMP. Meskipun keuangan keluarga membaik, aku tahu perjuangan belum selesai. Aku ingin masuk SMP di Jakarta, sekolah yang punya ekstrakurikuler basket unggulan.

Basket adalah salah satu hal yang paling aku sukai sejak kecil. Di sekolah dasar, aku sering ikut main basket di lapangan sekolah saat istirahat. Kini, aku bertekad untuk masuk SMP yang punya ekskul basket terbaik agar bisa mengasah kemampuanku lebih jauh.

Di tengah-tengah perbaikan ekonomi keluarga, Papa juga membuat keputusan besar. Suatu sore, saat Papa pulang dari kerja, kami dikejutkan dengan kehadiran motor baru di depan rumah.

Mio!” seru Hairun kegirangan melihat motor matic yang kini terparkir di depan rumah.

Papa tersenyum sambil melepas helmnya. “Iya, Nak, ini motor baru kita. Sekarang Papa pakai Mio, biar lebih gampang bawa barang-barang stok mie ke toko-toko kelontong.”

Motor Mega Pro Papa yang sudah menemani kami bertahun-tahun akhirnya diganti. Meskipun motor itu penuh kenangan, Papa sadar bahwa bekerja sebagai salesman dengan membawa banyak barang butuh kendaraan yang lebih praktis. Mio, motor matic yang lebih ringan dan mudah dikendarai, kini menjadi kendaraan andalan Papa untuk berkeliling dari toko ke toko.

Kalian mau coba naik?” tanya Papa dengan senyum lebar.

Tentu aja, Pa!” jawabku dengan semangat.

Lihat selengkapnya