Praduga. Untuk kesekian kalinya aku masih saja menerka. Sejak pandangan itu tiba, aku harap semua itu nyata walau masih meraba.
Tak ada yang tau takdir akan membawa kita pada siapa dan dimana? Semoga takdirku akan berlabuh pada ia yang terpaut cinta robnya.
Aku segirang itu, ekspresi sudah ku keluarkan semua akibat kabar bahagia ini, sudah berulang-ulang kali juga aku menepuk-nepuk pipiku hingga kemerahan karena saking tak percayanya diri ini bahwa seseorang yang ku anggap mustahil ternyata Allah hadirkan untukku.
Ah, betapa malunya aku pada Allah kali ini, karena aku lupa bahwa tak ada yang mustahil dalam kaca mata Allah, hingga tak kuasa air mataku menetes haru sekaligus bahagia.
" Heh kamu kenapa? Kok nangis? Emang apa isi dm nya? Si Zidny mulai kebingungan sekaligus kepo bahkan sudah tidak sabaran menunggu untuk aku bacakan isi dm dari seseorang itu, lebih tepatnya kak Almeer.
Sedang aku masih sesenggukan karena tak kuasa untuk membukanya. Jantungku mulai tak karuan, organ tubuhku seakan tak bereaksi apapun akibat shok bahagia ini.
Akhirnya cintaku tak bertepuk sebelah tangan, bahkan aku tak usah lagi mencintainya secara diam-diam.
"Ih, Ta', aku penasaran, cepetan baca dong ih." Si Zidny akhirnya tidak serantan juga, ia berusaha mengambil ponsel genggamku untuk ia baca sendiri dari pada menunggu drama yang ku buat.
"Eh, tunggu dong, bentar aku mau tarik nafas dulu dan berusaha menetralkan jantungku." Terangku lalu mengatur nafas dengan begitu pelan meski si Zidny ngedumel akibat perbuatanku yang membuat dia menjadi penasaran akut.
"Ya udahkan tarik nafasnya, sekarang cepetan buka, aku udah gak sabar."
"Tenang, tenang, orang sabar pasti disayang Tuhan."
"Lagi gak butuh ceramah, cepetan buka isi dm nya." Zindy mulai memberikan plotatan matanya padaku.
"Hahahha, iya-iya, ini kenapa lo yang lebih penasaran dari pada aku yang di dm sih." Aku tertawa kecil padanya.
"Baca cepetan!" Zindy telah frustasi gegara aku belum juga membuka pesan dmnya itu.
Namun akhirnya aku membuka isi dm tersebut. Jantungku mulai tak teratur, detakannya semakin cepat hingga sesekali aku menarik dan menghembuskan nafas secara pelan.
Jika ditanya sebegitu gilanya aku pada seseorang itu, tentu akan ku jawab iya. Karena memang aku telah jatuh cinta ketika telah menfollow akun instagramnya.
Seketika aku meneteskan air mata, meski tak sederas ketika aku tengah menonton drama Indosiar, tapi cukup membuat pipiku kali ini basah akibat tetesan itu.
"Assalamualaikum wr, wb. Jika ada laki-laki yang tidak begitu kamu kenal lalu tiba-tiba ingin menyatakan cinta dan hendak melamarmu, bagaimana pendapatmu? Seberapa penting PDKT dan saling mengenal." Itulah pesan dm nya yang aku baca dengan suara ringan namun cukup didengar oleh si Zidny.