Kesungguhannya pun semakin dia realisasikan dengan cara mencoba berjualan aksesoris fashion seperti topi, baju, celana, dan jaket. Rasa malunya dia coba hilangkan demi mempercepat keinginannya untuk berlatih akting. Selain berjualan kepada teman-teman di kampusnya, dia juga mencoba berjualan di market place online juga. Keuntungan tiap bulannya setidaknya sedikit membantu untuk mengisi tabungannya. Keinginannya itu berimbas juga kepada hubungan asmara dan pergaulannya. Ryan mulai tidak menongkrong lagi, tidak bermain futsal, dan waktu berpacaran yang terus berkurang.
Umi adalah perempuan yang begitu pengertian kepadanya. Dia bukan tipe yang menuntut ini dan itu serta sadar dengan keadaan pacarnya. Walaupun terkadang mudah berubah suasana hatinya dan juga kurang berterus terang. Umi berasal dari keluarga yang tidak jauh dengan Keluarga Ryan. Berekonomi sederhana, ayahnya pensiunan guru, ibunya berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dan juga memiliki adik yang masih bersekolah di SMP. Keluarga Umi juga cukup taat dalam menjalani agama yang dianutnya. Hampir tiap minggu mereka mendatangi pengajian di mesjid sekitar rumahnya ataupun ke mesjid lain yang sedang mendatangkan ustad yang terkenal. Ryan pun bersyukur karena mendapat perempuan yang berasal dari keluarga yang baik-baik.
Selama enam bulan menabung dari berjualan aksesoris dan penghematan pengeluarannya tiap bulan, akhirnya uang untuk membayar sekolah akting pun terpenuhi. Tetapi Ryan tidak sadar kalau untuk pergi ke Jakarta membutuhkan ongkos pulang dan pergi. Maka, dia meminta bantuan dari kedua orang tuanya untuk membantu kekurangannya itu. Orang tua pun akhirnya ikut membantu keinginan anaknya tersebut dan sudahlah beres persoalan keuangannya kali ini. Dia tetap kukuh bersekolah akting di Jakarta sebab lulusan dari sekolah akting itu merupakan artis-artis yang terkenal dan berbakat.
Pada Minggu pagi, Ryan dan Umi sedang berjalan-jalan santai sambil sesekali berolahraga lari. Sesudah mengelilingi lapangan sebanyak dua kali, mereka beristirahat untuk meminum air mineral yang dibawanya dari rumah dan juga membeli lontong kari yang berada di pinggir jalan. Lalu mereka melanjutkan jalan-jalannya lagi hingga sampailah mereka di sebuah kompleks perumahan. Mereka berjalan melewati rumah-rumah yang cukup megah. Ketika melewati rumah yang memilihara anjing di dalamnya, Ryan terkaget dengan gonggongan keras dari anjing tersebut. Dan lebih parahnya lagi, pagar rumah itu sedikit terbuka yang membuat anjing itu keluar dari rumahnya. Ryan yang panik melihat anjing itu berlari menuju arahnya, segera berlari dengan kencang. Sementara, Umi belari kecil menuju balik sebuah pohon, lalu langsung berjongkok. Umi berteriak meminta pertolongan dan pada akhirnya ada seorang pembantu yang keluar dari rumah itu.
Pembantu itu sadar kalau anjing majikannya itu sudah keluar dari rumah dan sekarang sedang mengejar seseorang. Pembantu itu pun segera berlari sambil memanggil nama anjing yang sedang mengejar Ryan “CHIVA..CHIVA..SINI..”. Habis itu, anjing pun berhenti berlari dan membalikan badannya kepada pembantu tersebut. Ryan yang masih saja berlari sudah mulai kehabisan nafas. Dia pun menoleh ke belakang dan ternyata anjing itu sudah berlari menuju pembantu tersebut. Ryan pun sekarang bisa bernafas lega. Dia tidak menyangka kalau hari ini dia akan berolahraga dengan sangat keras. Ryan pun duduk di trotoar jalan sambil tertawa mengingat pengalaman yang baru saja dia alami.