Dengan menjalani dua kesibukan sekaligus, Ryan masih bisa mampu meng’handle itu semua. Dia berkuliah dengan semangat yang sama dan mengerjakan tugas-tugas kuliahnya dengan baik. Teman-teman di kampusnya pun tidak diberi tahu kalau dia sedang menjalani kursus akting di Jakarta. Jikalau ada yang menanyakan tentang dirinya selalu tidak masuk kuliah di hari latihannya, Ryan akan membuat alasan kalau dia sedang ada urusan lain. Padahal dirinya menutupi hobinya tersebut karena takut di godai oleh teman-temannya “Ada yang bakal jadi artis, euy”.
Umi yang selalu mendukungnya tidak keberatan dengan berbagai tindakan dari pacarnya itu karena dia percaya Ryan selalu semangat dan serius dalam menjalani hal yang disukainya. Dia juga masih menemani Ryan untuk menonton film di bioskop pada setiap minggunya. Umi yang lebih muda dua tahun dari pacarnya itu, kini sudah berkuliah di jurusan DKV di kampus yang sama dengan Ryan. Umi termasuk sebagai mahasiswi yang cerdas karena nilai semester pertamanya di atas 3,7. Padahal dia kurang berminat untuk berkuliah di jurusan itu. Awalnya, dia ingin berkuliah seni, namun orang tuanya melarang dirinya untuk memilih jurusan tersebut dan dia pun berpikir jurusan yang sama-sama memiliki unsur seni. Maka, dia memilih jurusan DKV.
Hubungan mereka pada saat ini baru menginjak kurang dari setahun. Awal mereka berpacaran adalah ketika Umi dikenalkan oleh kakak angkatannya di DKV. Kebetulan, kakak angkatannya itu mengenal Ryan yang pada saat itu masih menjomblo. Lalu kakak angkatannya itu menjodohkan mereka secara pelan-pelan. Berawal dari pertemuan di kantin kampus, lalu mereka ditinggal berdua disana. Dan setelah itu, mereka saling mengenal lebih dekat dan dilanjutkan dengan saling bertukar pesan. Habis itu, Ryan mengajaknya kencan sebanyak tujuh kali dan saat kencan kedelapannya, Ryan menyatakan perasaannya. Tanpa menunggu lama, Umi pun langsung menerima ajakan pacaran dari Ryan.
Hari ini adalah keberangkatan Ryan yang sekian kalinya menuju Jakarta. Dia terlebih dahulu ke minimarket untuk membeli roti, minuman dan permen. Dia pergi menuju tempat travel menggunakan angkot sebanyak dua kali. Sesampai disana, dia membayar tiket keberangkatan dan duduk menunggu di dalam bersama seorang bapak.
“Di Jakarta, tinggal dimana, Dek ?” kata Bapak itu.
“Gak tinggal, Pak. Kesana cuman buat latihan aja, Pak” jawab Ryan.
Bapak itu menanyakan lagi, “Latihan apa ?”
Ryan menjawab, “Hhmm…akting, Pak”.
“Mau jadi artis, ya ?!” ucap Bapak itu lagi.
“Coba-coba aja, Pak” balas Ryan sambil malu-malu.
Di tempat travel sudah dipenuhi banyak orang-orang. Ryan merasa menjadi tidak nyaman karena dia cukup canggung ketika banyak orang yang tidak dikenalnya berada di satu ruangan bersamanya. Dia pun segera mencari kenyamanan dengan mengambil ponsel yang berada di saku celananya yang dipergunakan untuk membaca berita-berita dan bermain permainan-permainan. Beberapa panggilan menuju tempat lain ke Jakarta, seperti Kelapa Gading, Blok M, dan Sarinah pun sudah terdengar. Ryan tinggal menunggu panggilan menuju daerah tujuannya, yaitu di Menteng. Jam keberangkatannya sudah terlambat, namun panggilan untuk masuk ke mobil travel belum juga didengarnya. Pada akhirnya, setelah terlambat sekitar 30 menit, seorang karyawan memanggil orang-orang yang akan pergi menuju Menteng untuk segera masuk ke mobil travel yang bisa menampung belasan orang itu.
Butuh waktu sekitar 3 jam 30 menit untuk Ryan sampai di tempat travel tujuannya itu. Dengan cepat, Ryan memesan ojek online untuk pergi ke sekolah aktingnya. Dia terburu-buru dikarenakan ingin cepat-cepat istirahat, bersantai dan juga makan siang. Dalam perjalanan kesana, laju motor itu cukup terhambat karena di jalanan sedang ada demo yang dihadiri oleh ratusan orang. Massa itu terlihat dari dua kampus yang berbeda karena mereka memakai atribut kampus yang berbeda warna. Di sekolah akting, Ryan bertemu dengan Nika yang sudah datang terlebih dahulu. Nika sedang duduk dengan kakinya terangkat di atas kursi sebelahnya. Dia sedang memainkan ponselnya yang sedang dia charge.