Setelah menabung selama tiga bulan, Ryan mulai memberanikan diri untuk berangkat ke Jakarta lagi seorang diri. Disana, dia menyewa sebuah kamar kost yang sederhana dan setiap harinya, dia hanya membeli makanan dari warung nasi saja. Dan Ryan juga sudah keluar dari tempat kerjanya. Selama di Jakarta, dia lebih banyak berdiam diri di kamarnya sambil menunggu lowongan casting yang dia cari dari media sosial atau juga dari teman-teman kelas aktingnya. Minggu pertamanya di Jakarta, tampak membosankan untuknya karena hanya melakukan hal yang itu-itu saja.
Dalam kamarnya, Ryan hanya bermain dengan hamsternya saja atau bermain dengan kelincinya yang berada di samping pintu luar kamarnya. Terkadang ada satu atau dua orang yang bermain dengan kelincinya itu. Teman sebelah kamar kostnya yang bernama William sering meminjam kelinci miliknya untuk dibawanya bermain ke kamarnya William atau terkadang dipinjam juga oleh teman kost lainnya yang bernama Illa. Ryan cukup betah saat berada di kamar kostnya, walaupun cuaca disana tidak terlalu nyaman baginya. Mau itu pagi ataupun malam, hawa panas selalu menyelimutinya. Maka, dia pun pergi ke toko elektronik untuk membeli kipas angin yang dia simpan diatas meja kecil di kamar kost’nya.
Izin untuk tinggal di Jakarta, keluar dari pekerjaannya dan meninggalkan kedua orang tuanya adalah keputusan yang berat yang telah diambil olehnya karena sampai membuat keadaan rumahnya semakin memanas. Lebih panas dibandingkan saat dia meminta izin untuk cuti kuliah pada saat dahulu. Keputusan yang dibuatnya dipengaruhi oleh kemarahan yang dirasakannya pada saat diremehkan oleh Andika, Katy, dan Sheva di tempat kerjanya. Dendam kesumat itu akan dia buktikan segera kepada ketiga teman yang brengsek itu. Maka, dia sangat terburu-buru mengambil keputusan untuk pergi ke Jakarta karena dirinya sangat ingin cepat-cepat sukses dan membalikan anggapan orang lain.
Karena bosan selalu berada di kamarnya, Ryan pun mengajak Richie, Nika, dan Ferry untuk bermain bersama. Dia mempersilahkan mereka memilih tempat bermainnya karena dirinya belum sepenuhnya mengenal kota yang baru ditinggalinya itu. Richie dan Nika menerima ajakan bermain darinya, tetapi tidak dengan Ferry. Ferry beralasan bahwa dia sedang ada tugas kuliah yang tidak bisa dia tinggalkan. Maka, Ryan dan kedua temannya itu pun berjanjian di sebuah tempat makan yang terletak di pinggir jalan. Ryan dan Richie memesan minuman saja sedangkan Nika memesan dessert. Selesai menghabiskan menu yang mereka pesan, ketiganya mengobrol sejenak tentang kehidupannya masing-masing. Lalu dilanjutkan dengan pergi menuju sebuah mall. Mereka pun duduk di kursi sebuah foodcourt untuk merundingkan tentang aktifitas bermainnya hari ini. Ryan menyarankan untuk bermain di pusat permainan, Nika mengusulkan untuk menonton film, sedangkan Richie menyerahkan semuanya kepada mereka.
Karena terlihat asyik jika bermain di pusat permainan, Nika pun menggugurkan keinginannya yang ingin menonton film. Lalu mereka bertiga membeli koin-koin untuk dipakai memainkan segala rupa mesin permainan disana. Diawali dengan duel permainan basket, dilanjutkan dengan permainan tembak-tembakan, lalu diakhiri dengan permainan balapan mobil. Ketiganya terlihat sudah lelah, Richie pun menunjuk dirinya sendiri untuk keluar dari pusat permainan dahulu untuk membelikan mereka semua minuman. Ryan dan Nika pun tidak keberatan dengan usul temannya itu. Richie pun menanyakan kepada kedua temannya itu, minuman rasa apa yang akan dibelikannya kepada mereka. Ryan memilih minuman rasa taro dengan toping agar-agar mutiara, sementara Nika memesan minuman rasa vanilla mint dengan toping cingcau. Setelah itu, Richie pun pergi keluar dari pusat permainan untuk membeli minuman sesuai keinginan kedua temannya itu.
Sekarang tinggal Ryan dan Nika yang berada di pusat permainan itu. Hati Ryan menjadi tidak karuan karena situasi yang dialaminya ini. Nika yang diam saja, membuat Ryan semakin kaku dan semakin tidak berdaya. Dia tidak memiliki ide untuk memulai perbincangan, jadi dia pun hanya berdiam diri saja. Tiba-tiba, Nika bertanya kepadanya…