Ryan membuat komplit skenario dan juga novel yang dilakukannya selama lebih dari setahun. Perkuliahannya pun di tinggalkannya lagi dikarenakan passion menulis yang baru saja merasukinya itu. Setelah menyelesaikan semuanya, Ryan pun mengirim semua ceritanya itu ke alamat-alamat PH yang berada di Jakarta. Dia sangat berharap ceritanya itu akan diterima agar dia bisa membuktikan kepada semuanya bahwa dia juga bisa berhasil dan bisa menjadi orang yang sukses. Beberapa bulan, dia menunggu balasan dari berbagai PH yang telah dikirimkannya. Ryan mulai bosan dan juga mulai menyerah. Akibatnya, dia pun menjadi bermalas-malasan kembali di tempat tidurnya. Semangat yang berapi-api itu pun sedikit demi sedikit mulai meredup dan hampir padam. Kesehariannya hanya dihabiskan dengan bermain dengan hamster serta kelincinya dan juga tidur dengan waktu yang lama. Tapi berbeda cerita dengan hubungan keluarganya, Orang tuanya sudah mulai bisa membebaskannya dan tidak menekannya lagi karena bagi orang tuanya, kebahagiaan anaknya adalah segalanya.
Walaupun ceritanya belum ada respon dari Production House, Ryan tetap menulis cerita ketujuhnya yang sama sekali belum diberi judul olehnya, meskipun dengan kondisi yang bermalas-malasan. Dia menulis, menulis, dan terus menulis. Ryan anggap menulis itu sebagai pelampiasan dan juga sebagai curhatan dirinya kepada orang-orang. Dia ingin mengungkapkan kepada orang-orang, tetapi orang lain tidak akan mengerti persoalan hidupnya. Bahkan pacar, orang tua atau temannya pun tidak akan mengerti.
Selama hampir dua tahun menganggur dan bermalas-malasan, Ryan akhirnya mendapatkan balasan dari salah satu Production House melalui e-mail. Ryan terkejut bukan main saat mengetahui kabar tersebut. E-mail dari PH itu berisikan tentang ketertarikan terhadap dua cerita yang dibuat oleh Ryan yang berjudul Cerita Sang Aktor dan Pelangi Hitam. Mereka juga menanyakan tentang kesetujuan Ryan untuk datang pada minggu depan. Tanpa basa-basi, Ryan membalas pesan itu dengan jawaban setuju.
Semangat yang telah hampir terkubur itu pun bangkit kembali dan mulai tumbuh bermekaran lagi. Keputus asaan yang melandanya kini berangsur-angsur pulih dengan kabar yang mengembirakan itu. Tampak wajah Ryan yang berseri-seri, sekarang sudah mulai muncul. Dia yang jarang mandi, hanya makan sekali dalam sehari, banyak tidur dan sering bermalas-malasan pun sudah tidak dia lakukan lagi. Hidupnya bergairah dan membuat orang tuanya turut senang. Kabar ini pun pada akhirnya dia sampaikan kepada orang tuanya. Orang tuanya sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah mengabulkan doa-doanya sehingga membuat anak kesayangannya itu menjadi normal kembali.