Kita saling jatuh cinta saat masih kanak-kanak. Saat kita belum mengerti tentang apa artinya saling memiliki. Namun mata kita terlanjur bertemu, untuk kemudian saling menawan… bukan tersebab penampilan.
Aku mencintaimu dari dalam hati yang tak sepenuhnya kupahami. Aku hanya selalu merasa bahagia saat kamu dekat, meski kita sering bertengkar dan berdebat, untuk hal-hal yang tak masuk akal. Namun, pada dirimu aku melihat masa depan. Sesuatu yang entah bagaimana memberitahuku agar tak menyerah untuk terus mencintaimu. Hanya mencintaimu.
Kemudian kita tumbuh sebagai remaja yang berusaha menjaga satu sama lain, menunggu degup satu sama lain, bersabar atas debar satu sama lain. Demikianlah, kita selalu bersama-sama meski terus berjauhan. Mata kita menyipit ketika memandang matahari yang sama, tetapi berbaring di dua padang rumput yang berbeda. Aku membisikkan doa-doaku tentangmu dalam sendiriku… Kau tersenyum setiap kali menyebut namaku dalam sendirimu.