Entah apa yang membuatmu selalu kurang percaya diri untuk tampil sepenuhnya menjadi dirimu, versi terbaik dan tercantik dari semua yang pernah kaucoba pamerkan, untuk membuatku menyukai caramu berdandan.
Entah apa yang membuatmu malu-malu untuk mengenakan pakaian yang paling kamu suka, memakai sepatu yang paling kamu andalkan, memilih tas yang paling mewakili siapa dirimu yang sebenarnya… Atau menaburkan bedak, menyapukan kuas, mewarnai lengkung bibirmu dengan lipstik favoritmu. Entah apa yang selalu menahanmu?
“Aku takut pada komentarmu,” katamu suatu hari.
Aku terkekeh.
“Komentarmu jauh lebih mengerikan daripada mengetahui bahwa aku benar-benar tampil aneh. Aku nggak takut tampil jelek di hadapan orang lain, tapi aku takut jelek di matamu.” Kamu mengerutkan dahi.
Aku mengerti perasaanmu.
“Apakah aku pernah mengejekmu?” Aku memeriksa diriku sendiri.
Kamu mengangkat bahu. “Nggak juga,” jawabmu.
“Jadi, apa masalahnya?”
Kamu tersenyum. Mungkin malu sendiri. Lalu menggelengkan kepala. “Takut aja,” katamu, “Di hadapanmu, aku selalu takut salah.”
Aku terdiam. Merasa bersalah.