Cerita Sebelum Bercerai

Republika Penerbit
Chapter #6

Für Fahd

Kadang sebel juga kalau ada yang nulis gini: Beruntung banget ya, jadi Mbak Rizqa, diromantisin terus sama Bang Fahd. Mereka nggak tau aja bahwa orang yang romantis itu nyebelin banget. Kayak kamu. Indeed I am a lucky wife, but you are luckier!

Mereka yang nyangka kamu nulis puisi setiap hari buatku, nggak pernah tahu bahwa caramu bicara kepadaku lebih sering tanpa tata bahasa yang sempurna. Misalnya, “Mi. Kacamata.” Itu artinya kamu bertanya di mana kacamatamu. Atau, “Mi. Ada air panas?” Itu artinya kamu mau dibuatkan teh atau kopi. Dan, “Mi. Tidur duluan aja.” Berarti kamu akan pulang malam. Nggak ada puisi di sana. Dan suami yang pulang terlambat selalu jadi kenyataan yang tidak menyenangkan buat istri mana pun, kan?

Tapi, aku tahu kamu sedang menciptakan sejarah dengan semua yang kamu lakukan selama ini. Baik yang aku sukai, maupun yang nggak aku sukai. Jadi menunggumu pulang terlambat buatku adalah menyumbang sesuatu agar sejarah itu jadi nyata. Aku bahagia jika yang kamu cita-citakan, yang kamu impikan, jadi kenyataan.

Lihat selengkapnya