Cerita Sebelum Bercerai

Republika Penerbit
Chapter #8

Saya Terima Nikahnya...

Saya terima nikahnya…

50 tahun kemudian, kau mengunyah makanan dua atau tiga kali lebih lama, dari saat aku pertama kali memperhatikan caramu mengunyah di kencan pertama kita. Rambutmu yang perak, dagumu yang berlipat tiga, keningmu yang mengerut meski kau tak sedang murung atau memikirkan sesuatu. Dan matamu yang tak lagi awas.

“Bisakah kau ambilkan aku minum?” pintaku.

Kau menoleh perlahan. Berhenti mengunyah. Lalu menggerakkan tanganmu untuk mengambil sebuah gelas yang hanya setengahnya saja terisi di jangkauanmu. Kau mengangkatnya perlahan, kemudian menyerahkannya kepadaku dengan tangan yang gemetar…

Saya terima nikahnya…

Selepas ijab qabul kita, beberapa detik kemudian, kau tersenyum sambil melirik ke arahku. Aku membalas senyummu. Dan kita menjadi sepasang kekasih paling bahagia di dunia.

“Apakah kau menyesal?” Kau menggodaku waktu itu.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum. “Tentu saja,” aku balik menggodamu.

Kau tertawa kecil sambil mencubit lenganku.

Lihat selengkapnya