40 Jam Sebelum Kiamat.
Sudah hampir satu jam Aryo dan Bagas duduk di batu karang di ujung tebing dengan alat pancing mereka, namun belum ada satupun ikan yang mereka tangkap.
"Mungkin para ikan ini juga bisa merasakan kiamat yang akan tiba, jadi mereka lebih memilih berkumpul dengan keluarga mereka." Canda Raihan yang memilih duduk di perahu kayu ditengah tebing.
Semua menatap kearah Raihan lalu tertawa bersama.
"Orang tidak akan percaya kalau kamu ini lulusan MIT." Ledek Ana yang duduk dihadapan Raihan bersama Nur.
"Kenapa? Apa karena penampilanku atau leluconku?" Tanya Raihan.
"Keduanya," Jawab Ana cepat.
Nur, Aryo dan Bagas hanya bisa tertawa melihat pertengkaran dua musuh bebuyutan itu.
"Mau kemana Nur?" Tanya Raihan saat melihat Nur berdiri dan berjalan menuju arah gubuk-gubuk.
"Aku mau memeriksa gubuk-gubuk itu." Jawab Nur.
"Aku sudah memeriksa semuanya Nur, kosong dan sebagian terkunci, tapi sudah aku intip dan kosong juga." Dengan sedikit cemas Raihan menunggu reaksi dari Nur.
"Dapat..." Teriak Bagas yang mengejutkan semuanya.
Dengan wajah puas Bagas memperlihatkan ikan sebesar telapak kaki orang dewasa yang masih bergerak-gerak di mata pancingnya.
Semua menghampiri Bagas, termasuk Nur yang segera mengambil ember dan membawanya kepada Bagas.
"Lumayan besar, banyak dagingnya." Ucap Raihan.
"Kalau buat kamu nggak akan cukup." Timpal Ana.
Raihan melirik Ana sambil tersenyum.
"Semangat Yok, kamu pasti bisa." Teriak Raihan sambil tersenyum menatap Aryo.
Ana tersenyum juga, sedang Aryo melirik kearah Raihan.
"Diamlah, ikannya jadi lari."
Semua tertawa.
Aryo sesekali melihat kearah Nur yang sejak kejadian dihutan tadi seperti menghindari tatapannya.
Ana dengan susah payah mencoba menyalakan rokoknya lalu mendekat kearah Aryo.
"Maaf yang tadi ya Yok."
Aryo menoleh pada Ana dan tersenyum, "Tidak apa-apa."