cerita sebelum kiamat

Bramanditya
Chapter #24

19 Jam Sebelum Kiamat : Koma

19 Jam Sebelum Kiamat

"Lepaskan bapak dan ibu, akan aku antar kamu ke pantai," Aryo berdiri didepan pintu mobilnya yang sudah terbuka.

Bram tersenyum sinis, "Bukan kamu yang pegang kendali disini tapi aku. Dan aku tidak mau tertipu untuk kedua kalinya karena aku yakin kalian sama saja."

Aryo masuk kedalam mobil setelah Bram memberikan kode padanya dengan sejatanya. Kemudian bapak dan ibu masuk kedalam mobil disusul Bram dengan menodongkan senjata pada mereka.

Perlahan Aryo membawa mobilnya meninggalkan rumah panti asuhan dan menuju pantai.

"Apa yang akan kamu lakukan ada Nur, Bram?" Tanya ibu Retno.

"Ambilah apa yang ingin kamu ambil, tapi tolong jangan sakiti Nur," Lanjut bu Retno.

Bram hanya terdiam dan masih menodongkan senjatanya pada bu Retno.

Aryo melirik mereka dari balik kaca mobilnya, "Kita semua akan mati esok, tidakkah itu cukup?"

"Jangan mulai menceramahiku," Bentak Bram, "Kalian tidak pernah tahu rasanya dibiarkan sekarat di dalam bagasi mobil."

"Dan kamu tidak pernah tahu bagaimana rasanya hidup dengan seorang monster," Balas Aryo.

"Diam," Teriak Bram sambil memukul kepala Aryo dengan senjatanya dan membuat mobil keluar dari jalur dan berhenti sebelum menabrak sebuah pohon.

***

7 Hari Sebelum Kiamat


Aryo duduk di ranjangnya, disebuah rumah sakit swasta di Yogyakarta. Tatapannya menerawang keluar jendela yang langsung menghadap taman.

Aryo mengalami koma setelah kecelakaan tiga bulan lalu dan butuh hampir sebulan untuk memulihkan kondisinya seperti sedia kala.

"Sudah saatnya pulang," Suara seorang perawat bernama Erni mengejutkan Aryo, membuatnya menoleh kearah perawat Erni yang berjalan keranjangnya.

"Semua administrasi sudah selesai dan sudah boleh pulang," Perawat Erni berdiri dihadapan Aryo sambil tersenyum.

"Kemana? Kemanapun kita pergi, kita akan tetap bertemu dengan kiamat nanti,"

Mereka berdua tersenyum mendengar gurauan Aryo.

"Apa mau disini, membantuku merawat sisa pasien yang ada?" Goda perawat Erni sambil merapikan ranjang milik Aryo.

Aryo berdiri dan berjalan mendekat kearah jendela dan tersenyum memberikan jawaban pada perawat Erni.

"Kenapa tidak ke tempat perlindungan?"

Aryo memegang barcode dilehernya, "Kenapa tidak ke tempat perlindungan?" Tanya Aryo balik pada perawat Erni yang disambut senyuman.

"Beberapa pasien ditinggalkan begitu saja oleh keluarga mereka, kalau bukan kita yang ada untuk mereka siapa lagi. Kita sudah disumpah."

Aryo menatap kagum sosok perempuan didepannya.

"Kenapa tidak ketempat perlindungan?" Tanya kembali perawat Erni sambil menyerahkan tas ransel milik Aryo.

"Mengejar seseorang hingga membuatku koma," Ucap Aryo sambil menerima tas ranselnya.

Mereka berdua tertawa sambil berjalan keluar ruangan.

"Pasti seseorang yang sangat spesial hingga membuatmu sampai koma."

Mereka berdua tertawa kembali.

"Begitulah, cerita yang panjang hingga semua harus berakhir disini."

"Sudah memutuskan akan kemana setelah ini?" Perawat Erni berhenti di meja perawat dan menyerahkan beberapa berkas pada Aryo, "Masih akan mengejarnya."

Aryo tersenyum, "Aku tidak memiliki petunjuk dimana dia berada dan alasan kenapa dia menghindariku," Dia menerima berkas adninistrasi dari perawat Erni," Mungkin aku akan pulang ke kampung halaman."

Mereka terdiam saling berhadapan, Aryo mengulurkan tangannya.

"Terimakasih telah membantu memulihkan kondisi ku sebulan ini."

"Dengan senang hati, sudah tugasku," Perawat Erni membalas uluran tangan Aryo.

"Berhati-hatilah, sedikit berbahaya diluar sana untuk saat ini. Kalau ada sesuatu yang mengganggu masalah kesehatanmu, bisa menghubungiku."

Aryo mengangguk dan tersenyum lalu melangkah pergi.

Perawat Erni kembali ke mejanya lalu terkejut melihat sebuah catatan kecil menempel di meja, lalu segera mengambil sebuah amplop dilacinya dan mengejar Aryo.

Lihat selengkapnya