Empat orang berjalan mendekat melawan angin yang kencang dan berdebu, menuju ke sekumpulan bebatuan besar yang menciptakan gua-gua alami dan masuk kedalamnya. Mereka mengenakan baju berlapis yang sudah tampak usang dan kotor, serta menutup kepala mereka dengan sebuah kain yang hanya menyisakan mata mereka untuk melihat.
Bumi belum pulih sepenuhnya setelah hampir lima belas tahun dari ledakan meteor yang menciptakan kiamat kecil. Suhu udara masih panas karena atmosfer masih memulihkan dirinya dan keadaan kering dan gersang masih mendominasi wajah di bumi.
Kha membimbing Diana yang tampak lemah masuk lebih dalam lalu membaringkannya ditanah yang telah dialasi dengan kain oleh Ana.
Beberapa kali Diana terbatuk-batuk. Wajahnya pucat dan tampak lemah. Sesekali Kha membasahi bibir ibunya itu dengan air.
"Kha ... bisa tinggalkan ibu dengan Raihan dan Ana, ada sesuatu yang ingin ibu sampaikan pada mereka," ucap Diana sambil memegang lembut tangan putranya.
Kha sedikit kebingungan sambil menatap pada Raihan dan Ana begantian. Dia lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar.
Raihan dan Ana mendekat ke arah Diana.
Diana memegang tangan Raihan, "Kamu yakin kita akan menemukan apa yang kamu cari dan membawanya menemui ayahnya?"
Raihan tersenyum dan menganguk lalu memegang lembut tangan Diana, "Dia sudah aku anggap seperti anakku sendiri, yang aku atau kita selalu bercerita padanya tentang sosok ayahnya dan tentang indahnya bumi ini sebelum kiamat itu datang. Dan saat melihat sinar kebahagiaan diwajahnya waktu dulu aku berjanji padanya untuk membawanya kembali ke masa lalu dan melihat ayahnya, mungkin itulah perasaan bangga seorang ayah yang bisa melihat putranya bahagia."
"Kita akan menemukannya." Ana menguatkan Diana yang mulai menitikkan air mata.
"Kalian akan menemukannya."
Raihan dan Ana terkejut mendengar ucapan Diana.
"Apa maksudmu? Kita akan menemukannya ...."
Diana tersemyum menenangkan Raihan lalu terbatuk-batuk.
"Aku akan memperlambat kalian."
"Diana ...." Ana meraih tangan Diana.
"Siapa yang kita bohongi, aku tidak akan bertahan lama untuk melanjutkan perjalanan ini, lagipula persediaan makanan dan minuman kita hampir habis."
"Kha tidak akan meninggalkanmu ...."
"Aku akan membujuknya." Diana memotong ucapan Raihan.
"Lagipula apa bedanya kita berpisah hari ini atau nanti saat Kha memulai perjalanannya kemasa lalu," lanjut Diana.
"Berjanjilah padaku kalian akan menjaganya." Diana memegang tangan Raihan dan Ana.
"Diana ...." ucap Ana dan Raihan hampir bersamaan lalu mereka saling berpelukan.
"Aku tidak akan melanjutkan perjalanan ini."
Suara Kha mengjutkan semuanya dan mereka menoleh padanya.
"Kha ...." Diana mencoba menenangkan putranya.
"Bagaimana mungkin aku meninggalkan ibu disini sendiri," ucap Kha penuh emosi, "Lebih baik aku tidak kembali ke masa lalu dan melihat ayah ...."
"Aku akan disini menemaninya."
Semua terkejut mendengar ucapan Ana.
Perlahan Ana berdiri dan menghampiri Kha, "Pergilah, temui ayahmu."
"Ana ...." ucap Diana lemah.
"Aku ... aku tidak bisa meninggalkanmu ibu, aku ...."
Ana memegang lembut tangan Kha dan mengusap air matanya agar membuatnya kembali tenang.
"Benar apa yang dikatakan ibumu Kha, kalau kamu berhasil kembali ke masa lalu, kita tetap akan berpisah juga."
"Ibu ...." tiba-tiba Kha menghampiri dan memeluk ibunya.
Diana mencoba untuk tetap tegar dan membelai lembut Kha yang menangis dipelukannya.
"Kita sudah pernah disana Kha, menikmati indahnya bumi dan mengenal sosok ayahmu. Kini saatnya kamu melihat dan merasakam semua itu."
"Tapi ibu ...."
"Tidak ada yang tersisa disini Kha, kita semua tinggal menunggu waktu."
Semua terisak mendengar ucapan Diana.
"Ibu ...."Kha menatap sendu ibunya.