Cerita Tentang Kita

Sem Irviady Surya
Chapter #5

BAB LIMA

Keesokan harinya, aku sudah bersiap menuju sekolah. Aku harus berjalan kaki sekitar 15 menit dari rumahku untuk sampai ke sekolah. Setiap pagi, aku selalu menagih sepeda baru yang pernah dijanjikan ibu agar aku tidak lagi berjalan kaki ke sekolah. Namun, aku sudah tidak semangat seperti pertama kali ibu menjanjikanku.

“Jalan kaki hanya 15 menit, buat apa pakai sepeda, Di?” tanyanya yang sedang menggoreng makanan di dapur.

“Capeklah jalan kaki terus. Belum lagi kalau teman-temanku ngajak bermain di tempat lain. Aku harus pergi pakai apa?”

“Kalau gitu, tabung uang saku kamu yang ibu kasih buat beli sepeda.”

Aku menghela napas resah saat mendengarnya. Terkesan seperti sudah menyerah lebih dulu sebelum berusaha. Setiap kali aku bertanya, jawabannya selalu sama. Harga sepeda cukup mahal bagiku, sedangkan uang saku yang ibu kasih bahkan tidak cukup untukku jajan selama seminggu di kantin. Butuh berapa lama aku harus menabung agar dapat membeli sepeda baru dengan uangku sendiri?

Akhirnya, aku tetap berjalan kaki ke sekolah. Beruntungnya, aku selalu bangun pagi. Di dekat rumahku, ada lapangan serba guna. Aku selalu melewatinya dalam perjalanan menuju sekolah. Melihat orang-orang yang sedang beraktivitas pagi atau olahraga setidaknya jadi hiburanku semata saat berjalan kaki ke sana.

Tepat pukul 07.30, Bu Isma, guru Bahasa Inggris sudah masuk ke kelas, tanda aktivitas belajar sudah dimulai. Diam-diam, aku celingukan ke sekeliling ruang kelas. Aku tidak melihat Nora di kursinya. Dimana dia? Apa dia sakit lagi? Aku menyadari diriku yang mulai resah mencarinya, bahkan tidak fokus mengikuti penjelasan Bu Isma tentang kalimat Past Tense atau Present Tense.

Tiba-tiba, aku mendengar seseorang yang sedang marah-marah dari luar kelas. Karena posisi tempat dudukku menguntungkan, aku pun mengintip ke luar dari pintu kelas yang terbuka lebar. Tampak Bu Yani bertolak pinggang pada seseorang di dekat tiang bendera. Siapa yang dimarahinya? Kenapa orang itu dimarahi habis-habisan oleh Bu Yani?

“Aldi!” panggil Bu Isma tegas. Aku panik dan pura-pura memerhatikannya.

“I… iya, Bu?”

“Ngapain kamu ngintip keluar?” tanyanya. Aku menggelengkan kepala dan hanya menunduk malu terkena tegurnya. “Coba kasih contoh kalimat Present Tense sekarang!”

“I want to go…” Aku spontan menjawab. “…to the rest room.”

“Salah!” teriak Bu Isma. “Ngintip ke luar terus, sih. Sekalian belajar di luar sana!” Seluruh kelas tertawa. Aku hanya bergeming saat Bu Isma mulai kembali menerangkan pelajaran di papan tulis. Namun, tak lama aku lantas berdiri dari tempat dudukku.

“Aldi! Mau kemana kamu?” seru Bu Isma lagi.

“Mau ke toilet, Bu,” jawabku polos.

Lihat selengkapnya