Begitu sampai di lokasi perkemahan, semuanya digiring untuk membangun tenda masing-masing. Dalam satu tenda, diisi oleh 4 orang. Aku berada satu tenda dengan Anna, Risa, dan Amel.
Sesekali, aku melirik kearah Raga yang tendanya tak jauh dari kami. Dengan wajah yang serius, ia terlihat lebih menawan. Dirinya selalu menarik perhatian. Terlihat banyak siswi yang mencoba mencuri pandang padanya.
Orang-orang seperti Raga ini merupakan salah satu aset organisasi. Kehadirannya bisa menjadi daya pikat para siswa agar bergabung dalam organisasi tersebut. Tidak munafik, ia juga merupakan salah satu alasanku bergabung dalam ekstrakulikuler Pramuka.
"Ini gimana sih, kok nggak jadi-jadi dari tadi."
Gerutuan Amel membuyarkan lamunanku. Aku melihat tendaku, lantas beralih melihat sekeliling. Diantara para panitia, hanya tenda milik kami yang masih belum berdiri.
Aku kembali melirik kearah Raga, berharap ia mendengar gerutuan Amel lantas datang untuk membantu. Namun sedetik kemudian aku menggeleng pelan, menyadarkan diri. Tidak seharusnya aku berharap lebih padanya, jelas itu hal yang mustahil.
"Nai, lo ketempat kak Sam sana, minta tolong buat bantuin kita." Anna berujar tanpa menatapku, fokusnya masih pada tenda kami yang tak kunjung berdiri.
"Ayo temenin."
Anna langsung mendongak, menatapku dengan kesal. "Lo nggak liat apa kita lagi bikin tenda gini? Lo berangkat sendiri kenapa sih? Kak Sam keliatan tuh dari sini. Belajar berani, Nai, lo bukan anak SMP lagi, nggak usah malu-malu." Aku tersentak pelan mendengar suara Anna yang naik satu oktaf, terdengar tidak santai.
"Kenapa nggak lo aja sih yang berangkat?"
"Lo disuruh malah balik nyuruh ya? Tinggal pergi panggil kak Sam apa susahnya sih? Ini bukan cuma buat kepentingan gue, tapi lo juga. Gue minta tolong baik-baik malah nyolot."
Sontak aku langsung mengangkat pandang untuk membalas tatapannya. Sejak tadi, jelas-jelas dia tidak meminta tolong dengan baik. Nada suaranya sama sekali tak terdengar santai. Aku sudah membuka mulut ingin menjawab, namun urung ketika suara Risa terdengar, berusaha melerai kami.
"Kok malah ribut sih, malu di denger sama siswa baru."
"Dia nih yang mulai."ujar Anna menatapku.
Jika tidak mengingat dia teman dekatku, aku sudah pasti menjawabnya. Dialah yang memancing keributan ini. Cih, playing victim. Senang sekali memutar balikkan fakta, seolah-olah dia adalah korban dan akulah pelakunya.
"Daripada nyuruh-nyuruh gitu, mending kesadarannya sendiri aja deh, siapa gitu yang mau panggil kak Sam. Bisa sih minta tolong yang lain, tapi kan belum pada selesai, baru kak Sam doang yang udah. Kalo gue sih jujur ya, nggak berani minta tolong sama ketos."
"Gue juga." Sahut Amel.
"Tuhkan, cuma lo doang tuh yang deket sama kak Sam. Kemaren berduaan sampe sander-senderan masa sekarang nggak berani minta tolong."
Kan, baru ketahuan apa masalahnya. Pantas saja sejak tadi Anna mendiamiku dan sekarang mengajak ribut, rupanya ia cemburu. Sudah sejak lama, Anna menyimpan rasa pada Samudera, aku tahu itu. Bahkan Anna memintaku untuk membantunya untuk lebih dekat dengan Samudera. Ku iyakan, tapi tak pernah ku lakukan. Bukan apa-apa, aku pernah memberi tahu Samudera tentang perasaan Anna. Dan reaksinya? Pemuda itu hanya tertawa. Dan karena rekam jejaknya yang senang mempermainkan hati perempuan, aku memilih tidak menuruti permintaan Anna. Aku tak mau ia sakit hati karena tetanggaku itu.
Dan karena kejadian kemarin, rupanya Anna tengah terbakar api cemburu. Benar-benar menyebalkan. Aku juga merutuki diri sendiri, mengapa kemarin tidak pergi saja ketika Samudera mendekat, atau paling tidak menghindar ketika pemuda itu ingin menyenderkan kepalanya dipundakku. Sudah tahu Anna gampang terbakar api cemburu, malah mencari perkara.
Dengan kesal, aku segera beranjak menghampiri Samudera. Berjalan cepat dengan berusaha terlihat biasa saja. Padahal sebenarnya kakiku sudah gemetar pelan, tidak percaya diri. Merasa banyak pasang mata yang menatapku terang-terangan. Meskipun itu hanya perasaanku saja, tapi tetap saja aku tidak bisa mengontrol gemetar.
Untung saja jarak antara tendaku dengan Samudera tidak terlalu jauh.