Cerita Tentangku ( Kisah Hidup Penulis )

Zizan
Chapter #3

Cerita Tentangku 3

Pagi selalu datang lebih cepat dari yang kuharapkan. Setelah malam panjang yang diisi dengan cumbuan dan pelukan singkat dari pria-pria asing, aku sering terbangun dalam diam. Kamar itu masih menguar aroma parfum bunga yang kupakai semalam, bercampur bau tubuh dan keringat yang belum sempat kuhilangkan. Ranjang berantakan. Daster sabrina kesayanganku tergantung setengah di kaki. Make-up luntur, dan rambut palsu teronggok di meja rias.


Di sinilah aku-Eghy nama wanita ku. Duduk memeluk lutut di sudut ranjang, mendengarkan detak jam dinding seperti mengukur waktu yang tak pernah berpihak.


Aku tidak pernah menyangka harga dari menjadi diriku sendiri bisa semahal ini. Saat malam tiba dan aku berdandan, aku memang merasa cantik. Merasa diinginkan. Tapi ketika pagi datang dan semua pergi, yang tersisa hanya sunyi. Aku tidak bisa menghubungi siapa pun. Tidak bisa sekadar bilang, "Aku lelah. Peluk aku." Karena tak ada yang mengenalku benar-benar. Yang mereka tahu hanya Eghy dalam daster tipis dan G-string mungil. Tubuhku. Fantasi mereka.


Satu waktu, aku pernah merasa sangat kosong hingga tak sanggup bangkit dari tempat tidur. Hari itu aku tidak membuka aplikasi. Tidak berdandan. Tidak membalas pesan. Aku hanya tidur seharian, menangis tanpa suara, merasa seperti bayangan yang tidak punya tempat. Aku menatap diriku di cermin dan bertanya dalam hati, "Kalau aku mati malam ini, siapa yang akan tahu?"


Aku tidak punya banyak teman. Teman lamaku sudah hilang perlahan sejak perceraianku. Aku juga tidak berani membuka diri sepenuhnya. Karena begitu seseorang tahu siapa aku, yang tersisa hanya dua kemungkinan: mereka pergi, atau mereka tertawa. Dunia tidak dirancang untuk orang sepertiku.


Pernah suatu malam aku bertemu pria yang datang dengan senyuman lembut. Dia tidak terburu-buru. Dia memelukku dulu sebelum menyentuh. Kami bercinta dengan lambat, seperti sepasang kekasih. Setelah selesai, dia memelukku erat dan membisikkan, "Kamu itu indah." Aku menahan air mata di pelukannya. Untuk pertama kalinya, aku merasa menjadi manusia, bukan hanya objek. Tapi esoknya, dia menghilang. Tidak ada pesan. Tidak ada kabar. Akun aplikasinya pun lenyap.


Aku tidak pernah tahu apakah itu hanya bagian dari permainannya, atau dia pun takut akan perasaannya sendiri. Tapi yang aku tahu, setiap kehilangan seperti itu meninggalkan lubang yang semakin dalam.


Kadang aku bertanya, apakah semua ini pantas? Apakah harga dari mengenal siapa diriku dan berani hidup sebagai Eghy harus kubayar dengan sepi, luka, dan kehilangan terus-menerus? Aku tidak tahu. Tapi aku tahu aku tidak bisa kembali. Aku tidak bisa pura-pura lagi.

Lihat selengkapnya