CERITAKU BERCERITA

Dimas yudhistira
Chapter #1

#1 Tentangku

Aku telah menulis sebuah buku yang berawal dari sebuah surat. Surat yang awalnya aku tulis untuk seorang perempuan di masa lalu, untuk seorang yang telah pergi dari hidup ku dan membuat aku merasakan pahitnya rindu yang selalu hadir tanpa undangan atau bahkan pemberitahuan terlebih dahulu. Perasaan yang secara acak telah mengacaukan pikiranku, hingga aku harus menulis surat untuknya sebagai bentuk apresiasi yang aku berikan kepada perasaan rinduku.

Aku sendiri bukanlah orang yang terbiasa untuk berbagi kisah, namun saat aku mencoba untuk mulai menulis surat kepada wanita yang pernah menjadi bagian dari kesibukkanku, aku mulai merasa bahwa menuangkan bahasa pemikiran di atas sebuah lembar putih ternyata menyenangkan. Walaupun aku sudah tahu bahwa surat ini tidak akan pernah dibaca olehnya, aku tetap merasa kata-kata yang kutulis ini akan sampai kepadanya, entah darimana kepercayaan itu hadir, tapi aku tetap dengan semangat menuliskan surat untuknya. Pramoedya salah satu penulis faforitku pernah berkata “seseorang akan dikenang melalui tulisannya” mungkin ini berbeda, karena aku yang menuliskan semua tentangnya dan bukanlah tulisan dari dirinya langsung tapi sekecil-nya hasil tulisan yang kudapat, aku yakin akan ada yang mengantarkan cerita ini kepadanya. Dan aku menjadi beruban banyak, dulu diriku adalah tipikal yang menampung banyak kata di dalam pikiran, kini aku mulai merasa bahwa menyalurkan pikiran melalui sebuah tulisan bisa membuat hati menjadi lega. Walaupun aku bukan seorang penulis tapi keinginan menulis bisa terjadi, karena adanya sebuah pikiran yang luar biasa membuat sesak apabila tak tersalurkan. 

Aku telah menjalani sebuah hubungan yang sangat indah, hubungan yang membuat aku berani untuk menetapkan pilihan dan berhenti dalam sebuah pencarian. Aku pernah membaca sebuah artikel majalah yang menceritakan bahwa wanita adalah tulang rusuk laki-laki dan setiap orang dilahirkan dengan mempunyai jodohnya masing-masing. Namun saat aku membacanya, banyak pertanyaan yang singgah dikepalaku, jikalau setiap manusia diciptakan dengan memiliki jodohnya masing-masing, lalu kenapa masih ada yang meninggalkan dunia tanpa memiliki pasangan. Pertanyaan itu melekat sampai aku mendapat jawaban bahwa manusia hadir di dunia, mempunyai jodohnya masing-masing. Namun jodoh yang diberikan bukanlah dengan cara cuma-cuma. Di balik pemberian sebuah jodoh tetap ada yang sebuah ‘usaha’ di dalamnya. Bahkan walaupun jodoh itu dimulai dari pilihan orang tua. Karena seandainya memang dari diri kita juga menerimanya dengan senang hati maka pilihan kita tersebut dapat kita sebut jodoh. Bagaimana jika tidak? Atau salah satu dari pasangan menolak? Maka kita telah memaksakan jodoh kita. Selayaknya sebuah pilihan dan jika memang sebuah perjodohan dari orang tua adalah pilihan kita, maka kita harus membuat calon jodoh kita untuk juga dapat menerimanya, dengan senang hati, dan sekali lagi tetap akan ada yang namanya berusaha.

Bahkan jika sebuah perjodohan dari orang tua diterima dengan senang hati oleh kedua pasangan tersebut maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Kemungkinan pertama adalah karena pasangan tersebut memang pantas dilihat dari usaha mereka terhadap diri mereka sendiri, saat menjalani hidup mereka masing-masing atau karena usaha orang tuanya yang membuat mereka pantas dijodohkan.

Lihat selengkapnya