Hari yang cerah menyapa Alex di pagi ini, manusia ciptaan Tuhan dengan paras tampan yang memiliki impian besar. Dia bernama lengkap Alexandro Dava. Bisa dipanggil 'Alex'. Sang pemeran utama dengan hidup disiplinnya.
Drrttt... drrtt... drrtt....
Suara ponsel Alex berbunyi menandakan alarm pemberitahuan waktu persiapan sekolah berakhir, Alex akan berangkat ke sekolah hari ini. Ya seorang Alex mempunyai jiwa disiplin dalam dirinya sedari dalam kandungan, membuat dia menjadi pria dewasa lebih cepat dari teman-temannya.
"Mama Alex mau berangkat sekolah sekarang," kata Alex sembari memberikan senyum manisnya kepada Mama tercinta.
Mamanya membalas senyum Alex. "Nak bawa bekalmu Mama udah siapin."
"Iya ma Alex pamit dulu. Oow iya sampe kelupaan mau bilang, nanti Alex pulangnya agak sore mungkin malam ya Ma. Alex mau main bentar ke rumah temen," ujar Alex.
"Iya nak, inget hati-hati jangan ngebut."
"SIIIAAAPPP BOOSKUU." Alex berlari tanpa membuang waktu lagi. Mamanya menatap punggung Alex yang cepat menghilang, heran kepada anak bungsunya ini seperti dikejar setan.
"WAAAHHHHH" Alex terpukau dengan sekolah barunya. Sekolah ini memiliki halaman terbuka yang luas dipenuhi tanaman yang indah. Ya Alex bersama mama dan kakaknya baru pindah beberapa hari yang lalu ke Kota Malang. Sementara itu, ayahnya masih di Jakarta yang sibuk dengan pekerjaannya.
Alex langsung memasuki area sekolah dengan pakaian sangat rapi, berharap hari pertama di sekolah baru, berjalan dengan lancar.
"GANTENGGGNYAAA" Suara beberapa siswi yang terdengar di telinga Alex, tidak membuat Alex mengalihkan pandangannya dan tetap berjalan menuju ruang guru. Menurutnya hal seperti itu sudah biasa, bahkan dia terkenal sebagai most handsome di sekolah lamanya.
MENJADI TAMPAN TIDAKLAH MUDAH MAUPUN SULIT TETAPI BIASA SAJA
"Permisi. Selamat pagi Ibu," ucap Alex ramah dengan senyum yang melebar.
"Selamat pagi juga nak. Kamu anak baru ya? Ibu belum pernah melihat kamu sebelumnya," heran Bu Dinar pertama kali melihat Alex, beliau guru PPKN di sekolah baru Alex.
"Iya Bu, nama saya Alex siswa baru di sekolah ini. Saya pindahan dari SMA Rajawali," pengakuan Alex dan memperkenalkan dirinya.
Bu Dinar kembali menoleh Alex, "Selamat bergabung menjadi siswa SMA Harapan. Semoga kamu berprestasi di sekolah ini ya nak."
"Iya bu terima kasih."
"Ibu bisa mengantar saya ke kelas?" ucap Alex lembut.
"Iya nak, sebentar ibu mau lihat data-datanya dulu."
Bu Dinar membuka surat keterangan pindah sekolah Alex yang datang baru-baru ini. Ia segera memasukkan data-data Alex dan menambahkannya ke daftar salah satu kelas di kelas XI.
Alex menunggu di sofa. Dengan santai, ia melihat sekeliling ruangan guru dipenuhi banyak piala dan foto-foto siswa berprestasi di sekolah itu, "Wahhhh, gue beruntung dapat sekolah disini, ternyata sekolah ini punya banyak prestasi," kagumnya dalam hati.
Setelah menyelesaikan data-data, Bu Dinar kembali menghampiri Alex. "Ayo nak ibu antarkan kamu ke kelas. Ibu sudah konfirmasi, disini kamu dapat kelas XI D."
Alex berdiri dari tempat duduknya, "Baik bu. Terima kasih," balas Alex dengan senyum yang masih mengembang di bibirnya.
Bu Dinar dan Alex langsung menuju kelas XI D, kelas baru di sekolah baru si tampan Alex menempuh pendidikan.
Seperti pemandangan awal Alex menjejakkan kakinya di sekolah ini, para siswi pun masih tetap menyoroti ketampanan Alex.
Bu Dinar yang berjalan bersama Alex merasa aneh, apakah ada yang aneh dalam dirinya.... Entahlahh, Bu Dinar tetap berjalan tanpa menghiraukannya. Alex mengikuti dibelakangnya.
"Na liat nohh ada babang tampan lewat," ucap seorang wanita berkaca mata memandangi Alex dan memanggil temannya yang sedang asik membaca.
"Apa sih?" tanya Kirana, seorang gadis berparas cantik yang memiliki kepribadian lemah lembut. Gadis cantik yang bakal sering mengganggu Alex, tapi... hmm. Memiliki nama lengkap Kirana Putri Viola. Panggil saja dia 'Nana'.
Nana langsung mengangkat kepalanya, melihat sosok pria berjalan dengan Bu Dinar. "Nana harus kenalan gitu sama dia?" ucap Nana memandangi Sinta dengan santai. Nana tidak begitu heran melihat pria seperti Alex. Baginya biasa saja, gadis ini memang memiliki keunikan tersendiri.
"Awas lo ntar naksir sama dia. Atau mungkin langsung cinta hahaha," goda Sinta sambil tertawa melihat Nana yang masih memandangi Alex.
"Nana bilangin ke Sinta ya, hilangin dulu sedikit bucinnya Sinta biar nggak merusak sel-sel otak Sinta," balas Nana tidak kalah dari Sinta.
"Gue mandiin juga lo disini pakai kuah bakso Mbak Dedek," ucap Sinta kesal.
...
Alex sampai di depan kelasnya. Dia merasa percaya diri akan bertemu kawan barunya, suasana depan kelasnya tenang dikarenakan jam pelajaran pertama sudah dimulai. "Terima kasih bu, sudah mengantar saya ke kelas," ucap Alex sopan.
"Iya,sama-sama nak.Ingat patuhi tata tertib di sekolah ini ya," balas Bu Dinar. Sedari menuju kelas Bu Dinar memberikan sedikit perkenalan lingkungan sekolah kepada Alex.
"Baik Bu." Alex masih menunjukkan senyumnya. Bu Dinar langsung meninggalkan Alex dan beranjak menuju kelas lain dikarenakan ada jam pelajaran yang akan diajarkannya.
Alex melihat ke dalam kelas, dia mendapati seorang guru sedang menjelaskan materi.
"Permisi pak," ucap Alex kepada guru tersebut. Seluruh mata tertuju ke arah Alex, banyak yang terlihat membicarakannya bisik-bisik.
Guru tersebut menghampiri Alex. Dia adalah Pak Herman, guru yang ditakuti oleh seluruh penghuni sekolah termasuk Mbak Dedek.
"Kamu siapa nak? siswa baru?" tanya Pak Herman.
"Iya pak. Tadi Bu Dinar mengantar saya ke kelas ini, perkenalkan nama saya Alexan...."
"Perkenalkan diri kamu di dalam kelas." potong Pak Herman cepat. Dia menyuruh Alex langsung masuk ke dalam kelas.
Alex masuk dengan senyum ramah membalas senyum dari teman-temannya, "Selamat pagi bapak, selamat pagi teman-teman. Perkenalkan nama saya Alexandro Dava.Bisa dipanggil Alex. Saya pindahan dari SMA Rajawali, senang bertemu kalian semua," ucap Alex memperkenalkan dirinya.
Ternyata Sinta sahabat Nana menjadi 1 kelas dengan Alex. "Gue harus kasi tau ini ke Nana," ucapnya pelan.
"Summpaahahh... ganteng banget ini orang, senyumnya manis pula," pengakuan teman sebangku Sinta.
"Ya gue tau," balas Sinta kepada temannya.
"Pleaseee lo jangan naksir dia ya Sin, cukup lo terima cintanya Dino yang ngejar-ngejar lo sampai rela balapan sama kuda. Lo berdua kan cocok Sin."
"Cocok apanya?"
"SAMA-SAMA BUCIN!"
Sinta menatap temannya dengan tatapan tajam, Sinta kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa, ledekan temannya menusuk hati. Dia pasrah dengan keadaan.
"Udah maaf deh. Gue bercanda," Dina merasa bersalah melihat Sinta kesal karenanya.
Sinta hanya diam melihat temannya dengan wajah polos meminta maaf kepadanya, "Tarik dulu ucapan lo barusan baru gue maafin."
"Gue gak bisa narik ucapan tadi sin, hehehe takut dosa"
"Kenapa?" heran Sinta
"Karena faktanya lo emang bucin kan hahaha...."
Dina puas menertawakan Sinta. "Yaudahhhh dehh jangan diterusin ngambeknya, nanti gue bayarin lo makan bakso Mbak Dedek pas jam istirahat. Gue serius," bujuk Dina.
Terkadang memasang muka datar menjadi cara ampuh Sinta mendapatkan traktiran, padahal dia tidak terlalu kesal. Ia sering mendapat ledekan semacam itu terutama dari Nana.
"Nahhhh gitu baru gue mau maafin. Nanti bayarin gue dua porsi ya Din," permintaan Sinta membuat Dina memutar otak.