Alex sampai di rumahnya, ia langsung duduk di sofa ruangan tengah, tampak Mamanya berjalan menuju dapur ingin mengambilkan minuman untuknya, hari yang sangat panas baginya, ia ingin bersantai meletakkan kakinya di atas sofa sembari menunggu minuman yang diambilkan Mamanya datang.
"Lex, gulanya berapa sendok?"
"Yang spesial apa biasa aja?"
"Lex, mau yang jeruk apa lemon?"
"Terserah Ma, yang penting nggak buat sakit," sahut Alex
Mamanya tampak bingung, ia harus membuatkan minuman apa, terlintas di benaknya ide yang sangat bagus dan tentu saja itu pilihan yang paling tepat menurutnya.
Mamanya tampak membawa segelas air putih untuk Alex, ia langung menghampiri Alex dan duduk di sofa sebelahnya.
"Nih, diminum, dijamin ini minuman sehat," ucap Mamanya meletakkan air itu di atas meja.
"Air putih aja Ma? Aku kira Mama bakal buat jus tadi," tanya Alex dengan raut wajah malasnya.
"Kan kamu minta yang nggak buat sakit, kalau jus masih ada kadar gulanya, ini air putih menyegarkan terus menyehatkan lagi," jawab Mamanya dengan logis, tawa kecil terlihat di wajahnya melihat Alex.
"Yaudah deh, Ma," sahut Alex malas.
Mamanya kasihan melihat anak bungsunya ini yang kelelahan, Alex tampak masih santai merentangkan tangan beserta kakinya di atas sofa sambil menonton TV.
"Jerih payahmu akan terbayarkan suatu saat nanti Lex," ujar Mama Alex dalam hati, ia masih menemani anak bungsunya ini menonton TV.
Alex tampak mengambil tasnya, "Alex mau ke kamar, mau mimpiin jodoh Alex dulu Ma," ucapnya mulai ngawur terhadap sang Mama.
"Di mimpiin aja? Kapan mau nyarinya?" goda Mamanya menjawab ucapan Alex.
"Suruh Kak Nisa aja nyariin Ma," sahut Alex asal yang sudah menuju kamarnya.
Mamanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah Alex yang unik seperti ini mengingatkan kenangan bersama Ayah Alex semasih remaja.
Alex mengunci pintu kamarnya, ia merasa sangat lelah, ia langsung beristirahat dengan pakaian sekolahnya dan sepatu yang belum di lepas, ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, berharap tidak ada siapa pun yang mengganggunya.
Beristirahatlah sejenak, menjadi manusia tampan itu anugerah, tetapi menjadi manusia tampan yang cuek sangatlah susah, banyak gangguan, banyak pertanyaan, banyak kejadian yang akan membuatmu terasa lelah, beristiratlah sejenak.
Drrttt... Drrttt... Drtt...
Suara ponsel Alex berdering, membuatnya terbangun dari tidur, ia telah memasang alarm sebelum tidur, ia mengambil ponselnya dengan mata yang belum terbuka sempurna, ternyata suara itu bukan dari alarmnya. Ia melihat nama Bastian di layar ponselnya, baru saja Bastian meneleponnya, tetapi Alex tidak menjawab panggilan itu.
Alex tampak tidur dengan nyenyak sedari tadi, alarm-nya belum berbunyi, kini tidurnya kembali terganggu akibat panggilan dari Bastian, ia melihat juga ada pesan masuk dari Bastian. Alex membuka pesan tersebut satu per satu.
Dari: Bastian Hermawan
[ Lex ingat jam 7 malam ke rumah gue. ]
Alex berusaha bersabar dengan gangguan yang datang kepadanya ini, pasalnya Bastian selalu saja mengingatkannya untuk datang malam ini ke rumahnya.
[ Lex, ingat bawa saus. ]
[ Lex, ingat bawa sosis juga kalau ada. ]
[ Lex, kalau lo punya gitar, bawa juga. Nanti malam gue mau nyanyi. ]
Alex hanya membaca pesan-pesan dari Bastian, ia tidak membalasnya sama sekali, ia kembali ingin melanjutkan tidurnya yang tertunda. Seorang manusia disiplin seperti Alex akan terbangun jika alarm-nya sudah berbunyi, kecuali ada gangguan yang tidak dapat dihindarkan.
Drrttt... Drrtt...
Ponsel Alex kembali berdering, masih terdapat satu notifikasi, ia melihat nama Bastian lagi, Bastian sangat menganggu rencana tidurnya. Ia kembali membuka pesan itu cepat.
[ Lex, gue mau tidur, nanti aja balas pesan gue, biar tidur gue nggak keganggu. ]
"LO YANG GANGGU TIDUR GUE!" kesalnya yang masih melihat pesan dari Bastian itu.
Alex tidak ingin terganggu lagi, bahkan ia langsung mematikan data seluler di ponselnya supaya notifikasi seperti itu tidak menganggu tidurnya lagi.
...
Malam ini pertama kali Alex ke rumah Bastian, ia tidak mengetahui kejadian apalagi yang akan dihadapinya, ia telah mempersiapkan semuanya kecuali saus, ia heran dengan Bastian kenapa menyuruhnya membawa saus, apa di rumahnya tidak ada saus? Alex tidak memedulikan itu lagi, syukur ia mau datang.
Alex langsung turun menuju ruang tamu, ia ingin mencari Mamanya, ia akan meminjam mobil Mamanya hari ini. Tampak Anisa yang sedang asik berbicara dengan Mamanya.
"Ma, pinjam mobil," ucap Alex kepada Mamanya yang sedang asik bersama Anisa.
Mamanya menoleh pelan, ia melihat Alex dari atas sampai bawah, terlihat pakaian Alex sangat rapi, membawa gitar, dan tas kecil di bahu kanannya.
"Anak Mama mau ke mana malam-malam gini?" sahut Mamanya menatap Alex heran dengan penampilannya.
"Biasa Ma, paling dia mau jalan sama gebetannya, apalagi sekarang malam minggu," cela Nisa sembari menaikkan satu sudut bibirnya.
"Alex mau ke rumah Bastian, temen baru Ma," balas Alex santai tidak memedulikan Nisa.
"Bohong Ma, dia kan banyak punya gebe...,"
"Kak Anisa bisa diem?" potong Alex cepat.
"Iya Mama izinin, tapi jangan pulang terlalu malam," ucap Mamanya langsung memberikan Alex kunci mobilnya.
"Anak gadis diem di rumah ya," ledek Alex kepadanya Kakaknya.
Alex langsung meninggalkan Mamanya dan Nisa yang tampak masih menatapnya lekat, yang terlihat kesal dengannya.
Ia langsung menuju garasi, tempat mobil Mamanya berada, ia langsung meninggalkan rumahnya dan langsung menuju rumah Bastian.
Selama dalam perjalanan, Alex masih tetap memikirkan apa yang akan terjadi kepadanya di rumah Bastian, ia masih tetap berpikir bahwa teman-temannya akan memberikan banyak pertanyaan kepadanya.
Alex sampai di depan gerbang rumah Mr. Batu atau si Bastian, ia tampak melihat Dino yang telah duduk dengan Tasya di halaman depan rumah Bastian, tetapi Bastian tidak terlihat bersamanya. Entah di mana keberadaan seorang Bastian Hermawan saat ini.
Alex segera memasuki areal rumah Bastian dan memarkirkan mobilnya di halaman rumah Bastian. Halaman rumah Bastian memang sangat luas, mungkin seluruh siswa angkatannya dapat tertampung di rumah Bastian.
Alex langsung menghampiri kedua sahabatanya dengan santai, yang terlihat membawa gitar permintaan Bastian kepadanya.
"Akhirnya lo datang juga Lex, kita nunggu lo dari tadi," ucap Dino dengan raut wajah senang terpancar darinya.
"Ngapain lo bawa gitar? Lo mau ngadain konser di sini?" kata Tasya dengan senyum merekahnya, ia heran dengan Alex yang terlihat sangat rapi dan membawa gitar.
"Bastian mana? Dia yang nyuruh gue bawa gitar," tanya Alex kepada kedua sahabatnya ini.
"Bastian belum datang, dia bilang mau nyari sesuatu sebentar," jawab Dino yang tampak sudah menunggu lama.
"Terus lo ngapain bawa kayu bakar? Lo kira kita bakal camping" tanya Alex kembali yang melihat ada kayu bakar di depan Dino.
"Bastian nyuruh gue, dia bilang biar berasa kayak camping gitu," sahut Dino kembali.
Tasya tertawa melihat Alex dan Dino yang mau menuruti permintaan Bastian, ia sangat tahu bagaimana Bastian sedari kecil, Dino yang juga sangat sering bersama Bastian masih saja menuruti permintaan aneh Bastian. Tasya beruntung sekarang berteman dengan Alex, mungkin hanya Alex teman dekat Tasya yang bisa menjalankan fungsi otaknya dengan baik saat ini.
"Lo berdua mau aja nurut sama si Batu, gue nggak bawa apa-apa ke sini, padahal dia banyak nyuruh gue bawa bumbu-bumbu dapur, gue tahu dia pelit orangnya," ujar Tasya panjang lebar, ia memang mengetahui semua tentang Bastian.
Alex menghela napasnya berat, kenapa ada manusia seperti Bastian yang dikenalnya, meskipun demikian, Bastian bisa membuatnya lebih santai dengan melihat tingkah aneh Bastian.
Tampak mobil memasuki rumah Bastian, mereka melihat seorang wanita turun dari mobil itu. Seorang wanita dengan rambut panjang tergerai dan penampilan seperti model papan atas, siapa lagi kalau bukan Mamanya Bastian.
Bastian juga tampak keluar dari pintu mobilnya, ia langsung menuju bagasi mobil, ia tampak sibuk mengeluarkan barang-barang Mamanya.