"Semua perjalanan yang telah aku lalui semasa hidup seperti sudah digariskan dan ditakdirkan untukku dan hari ini tepat di mana Aku di pertemukan dengannya."
Mentari bersinar cerah suara klakson mobil bersahut-sahutan di jalanan kali ini Ibuku sudah pulang ke Bandung tapi ia masih saja disibukkan dengan segala tumpukan pekerjaan desain. Ah, semestinya setelah menginjak di usia 21 tahun ini Ibu ku harap lebih perhatian padaku adikku kini sudah lambat laun duduk di kelas SMA kami sudah jarang untuk bercerita atau bahkan bertegur sapa.
Walau kami serumah, ya memang ku akui sedari kecil aku tidaklah dekat dengannya mau bagaimana lagi itulah realita yang ada. Tapi suatu hari nanti aku ingin memperbaiki hubungan persaudaraan kami kelak di suatu hari nanti pasti aku akan memperbaikinya jika ada kesempatan kedua diberikan Tuhan untukku.
Oh iya kau tahu di pagi hari ini aku tidak seperti biasanya biasanya aku ke kampus memilih untuk menggunakan kedua kakiku untuk berjalan menuju arah kampus tapi pada hari ini aku memilih untuk mengendarai sepeda Kenapa karena aku lelah untuk berjalan setiap harinya. Jadi aku memilih untuk menggunakan sepeda.
Wushhh ..., sepedaku melaju sangat kencang membuat dedaunan yang tertumpuk di tengah jalan menjadi berserakan tanpa sadar aku tidak melihat kendaraan yang melaju dari arah depan kau tahu seketika pandanganku saat itu menjadi buram dan benar saja pada saat itu aku kecelakaan ada sebuah mobil yang menabrakku dari depan dan aku terpental hebat hingga aku tidak sadarkan diri.
Singkatku yang kurasakan satu saat kejadian itu adalah mati rasa. Ya, seperti aku tidak tahu aku di mana dan sedang apa karena kesadaranku sudah menurun saat itu dan tiba-tiba saja pas aku memiliki kesadaran. Aku sedang mendapati diriku, di tempat tidur dan di tanganku sudah ada infus dan alat bantu untuk bernafas ya bisa dikatakan oksigen Aku kemudian mencoba menggerakkan tanganku perlahan dan ternyata aku bisa menggerakkannya dan untungnya aku juga masih bisa membuka mataku.
Sedikit demi sedikit suara mulai samar-samar saat itu di telingaku suara yang sangat asing bagiku ya suara pria paruh baya yang berusaha membangunkanku dan aku tidak tahu itu suara siapa saat aku membuka mata dan menoleh ke arah suara itu aku mendapati ternyata itu adalah suara dari seorang pria yang berbaju biru dengan lengkap memakai dasi dan setelan kantor yang rapi.
Terlihat Dia sedikit panik saat itu tapi aku yang melihatnya sedikit panik, dan aku kala itu hanya mencoba untuk tetap acuh tidak acuh dan mencoba untuk tetap tenang. Beberapa menit kemudian aku mendengar suara langkah derap kaki yang begitu kencang dari arah luar ternyata itu adalah langkah kaki Ibuku.
Ibuku seketika mendatangiku aku pun terkejut bukan main karena baru kali inilah Ibuku mendekap ku dengan hangat saat setibanya di rumah sakit.
Aku tersentak ternyata Ibuku sesayang itu sama aku ya?. Padahal selama aku masih kecil sampai besar ibuku tidak pernah memelukku sama sekali dan di situ juga aku mendapati Ayahku sedang berusaha untuk melihat keadaanku.
Singkat cerita ibu beserta Ayah serta pria yang tidak aku kenal itu saling bercerita dan tampaknya pria itu sangat menyesal telah menabrak aku dan ternyata usut punya usut pria tersebut adalah seorang staff pengajar di kuliahku. Tapi aku tidak pernah masuk mata kuliah yang diajar oleh beliau. Setelah mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Aku pun diperbolehkan untuk pulang. Dan, sebelum pulang pria paru baya itu memberikan nomor handphonenya kepada kedua orang tuaku dan dia memperkenalkan diri dan memberitahukan namanya yaitu adalah Pak Beno Aksa Budiman. Yang biasa kerap dipanggil dengan nama Pak Beno.
Ibuku menyimpan nomor telepon Pak Beno lalu Pak Beno pun pamit dan Ya, tentu saja itu adalah kali pertama kali aku bertemu dengan orang yang ternyata memiliki peran besar di masa depanku.
Dan aku pun tidak tahu ternyata benang jodoh bisa hadir di waktu yang tidak disangka-sangka. Setelah kejadian itu, ibuku tidak mengizinkanku untuk berpergian seorang diri atau bahkan bepergian dengan menggunakan sepeda.