CETAK BIRU MASA LALU

Ai Bi
Chapter #1

SECARIK KERTAS

            Wahyudi menatap jauh ke langit sana. Warna kemerah-merahan di ujung barat menandakan matahari akan bertukar shift dengan bulan. Pikirannya kosong, di tangannya terdapat secarik kertas. Kertas yang bertuliskan perintah bahwa hari ini dia harus meninggalkan kamar kecil di samping masjid. Warga di kelurahan Kedoya Utara berdemo agar Wahyudi diberhentikan jadi garin. Menurut mereka tidak mungkin Wahyudi tinggal satu kamar dengan seorang perempuan. Perempuan itu bukan istri, saudara, ataupun anaknya. Dia hanya seorang gadis. Gadis yang dibawanya saat hujan lebat eman bulan yang lalu.   

         Malam itu di masjid seorang ustadz tengah berceramah tentang zina. Ia begitu  bersemangat dan menggebu-gebu. Sengaja mengangkat tema ini karena saat itu sedang marak-maraknya kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Suara ustadz menggelegar, kebetulan mic masjid rusak dan di luar sedang hujan lebat. Ia terpaksa bicara sambil memaki-maki. Tidak salah lagi keesokan harinya ustadz itu langsung sakit tenggorokan.

         Wahyudi datang dari arah kegelapan, ia melompat ke teras masjid sambil menggendong anak kecil. Pengajian seketika terhenti. Para jemaah penasaran dan menghampiri Wahyudi begitupun dengan ustadz.

         “Anak siapakah ini Wahyudi?” ibu-ibu berbadan paling besar mendekat, ia menepuk-nepukkan kain ke tubuh anak kecil itu. Seluruh pakaiannya basah kuyup.

         Wahyudi terdiam. Dari mana dia akan memulai kisah ini. Ceritanya panjang akan menghabiskan waktu tiga hari tiga malam jika ia mulai mendongeng. Oleh karena itu, Wahyudi meringkas sesingkat mungkin cerita panjang lebar menjadi satu baris kalimat.

         “Aku tidak menculiknya, aku menemukannya sedang menangis di stasiun kereta.”

         Jawaban singkat dari Wahyudi membuat warga berdecak kagum. Di masa sulit ini ternyata masih ada orang baik yang mau mengurus dan menjaga anak yang ditemukan di jalan. Banyak diluar sana anak-anak penghuni kolong jembatan menangis dan meraung gara-gara dibuang dan ditelantarkan oleh orang tua mereka sendiri. Untuk mencukupi kebutuhan sendiri saja Wahyudi harus menunggu belas kasihan dari orang lain. Kini dia membawa seorang anak kecil yang tidak tau siapa ayah dan ibunya.

Lihat selengkapnya